Islam dalam berdakwah maupun bermuamalah.
Seorang utusan Allah SWT hanya menyampaikan firman-Nya, mengajak umatnya untuk mengimani dan menjalankan apa yang Allah SWT perintahkan dan menjauhi apa yang menjadi larangan-Nya. Rasulullah SAW sebagai utusan (Nabi & Rasul) terakhir hendaknya menjadi acuan para penerus ajarannya, baik itu sikap, tutur kata, tindak tanduk, kepribadian, akhlak, maupun ibadahnya, baik dalam mensyiarkanRasulullah SAW melalui kemuliaan akhlaknya berhasil membuktikan bahwa Islam adalah rahmatan lil 'alamin. Beliau dihormati dan disegani kawan maupun lawannya. Banyak orang yang mengkonversi imannya mengikuti ajaran Islam karena merasa dimanusiakan dan dimuliakan oleh beliau. Segala ucapan, tindakan, dan langkah apapun yang diputuskan oleh beliau adalah sesuai dengan apa yang Allah SWT perintahkan, keseluruhan tindakannya hanya mentaati Allah SWT.
Di kondisi akhir zaman seperti yang sedang kita jalani saat ini, tentunya kemurnian dan 'kelurusan' ajaran yang ditinggalkan oleh baginda Rasulullah Muhammad SAW sebagai panutan kita sudah banyak terkontaminasi oleh ego, keserakahan, dan hasrat kekuasaan. Banyak yang mengklaim dirinya atau kelompoknya mengikuti sunnah Rasul SAW namun akhlak, adab, sopan santun, tingkah laku dan tindak tanduknya jauuuuuuuuh dari akhlak Rasulullah SAW. Sekarang ini banyak kita temui orang atau kelompok yang semangat dakwahnya mengeliminasi kelompok lain, pengarahan urgensi penegakan khilafah atau obsesi politis lainnya.
Semakin banyak orang tak tahu malu, berteriak membela Islam, menyerukan kebesaran nama Allah SWT dengan kalimat takbir untuk melakukan tindak kekerasan; menghajar, menganiaya, dan melakukan pengrusakan. Jangan nodai akhlak mulia Rasulullah SAW atas apa yang kalian pertontonkan dengan dalih membela agama Allah SWT. Bagaimana mau menggugah orang mengkonversi imannya dengan cara seperti itu, yang ada malah menuai kecaman.
Tapi rasanya kekerasan yang berulang dan disuarakan oleh mereka yang dianggap mumpuni dalam hal ilmu agama menjadi suatu kebenaran yang diterima oleh pengikutnya. Entah malas berpikir, manganalisa, atau memang sudah cinta buta terhadap seorang tokoh, pada akhirnya menelan bulat-bulat arahan, ajakan apalagi perintah sang tokoh. Tolong, jangan sia-siakan pemberian Allah SWT berupa akal dan pikiran yang menjadi pembeda manusia dengan mahluk lainnya. Ingatlah! orang yang suka berbuat kesia-siaan (mubadzir) adalah temannya setan. Â Â Â Â Â
Berikhtiar mengingatkan para pemimpin agar adil dan bijaksana merupakan kewajiban setiap muslim. Setiap muslim harus ambil bagian dalam berdakwah menurut porsi dan kemampuannya, tentu tidak sama dakwah yang dilakukan oleh seorang ulama, kyai atau dai dengan mereka yang berkecimpung di dunia ekonomi atau keuangan, begitu juga di ranah teknologi atau penegak keadilan.
Kita semua mempunyai kewajiban untuk berdakwah sesuai porsi masing-masing, maksimalkan apa yang bisa kita lakukan, terutama dengan menjadikan diri kita panutan, berlaku adil, jujur, tidak korup, dan disiplin, merupakan dakwah yang sesungguhnya. Bukan penegakan khilafah solusi dari setiap permasalahan. Andaikata memang khilafah harus tegak di buminya Allah SWT, tentu Allah SWT memiliki cara yang sangat menggambarkan kasih dan sayang-Nya agar tidak perlu terjadi pertumpahan darah dan perang saudara demi tegaknya agama Allah SWT.
Berikhtiar harus, namun tidak boleh menyalahi dan melanggar ajaran Islam tentang keadilan, toleransi, kasih sayang, dan belas kasih. Setelah kita berikhtiar kepada Allah SWT kta serahkan semuanya. Betapa banyak Allah SWT menggambarkan kisah orang-orang terdahulu agar kita dapat mengambil pelajaran. Sebagai contoh pemimpin dzalim yang sampai mengaku dirinya sebagai Tuhan yaitu Fir'aun, yang bagi wanita mengandung anak lelaki akan disembelih anaknya. Sehingga kaumnya mengatakan kepada Nabi Musa as "Wahai Musa sebelum kamu datang, kami sudah ditindas dan disakiti oleh Fir'aun dan selepas engkau datang pun, kami tetap begini juga. Tidak berubah". Ketika inilah, Nabi Musa as menanamkan keimanan ke dalam diri kaumnya, bahwa segala sesuatu bukan berserah kepada Musa dan lain-lain, tetapi kepada Allah SWT.Â
Nabi Musa as menekankan kepada kaumnya jikalau beriman serahkan segalanya kepada Allah SWT, yaitu berserah kepada Allah SWT tanpa banyak mengeluh, mengadu, pikiran kacau, su'udzon, dll. Allah SWT sangat sayang kepada hamba-hamba-Nya, lebih tahu mana yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya. Allah SWT mampu memberikan yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya karena Allah SWT Maha Kaya. Ingat! Ketika lisan mengatakan tawakal, hati mesti menyerahkan segala-galanya kepada Allah SWT.
Betapa banyaknya ayat-ayat di dalam al-Quran yang memerintahkan Nabi Muhammad SAW dan manusia untuk bertawakal. Kenapa? Karena manusia merasa kuat, merasa bijak, merasa mampu untuk melakukan sendiri segala-galanya, tidak menyerahkan semuanya kepada Allah SWT. Saat kita menghadapi ujian. Musibah dan kesulitan hidup janganlah berputus asa dan menyalahkan pihak lain. Introspeksi diri, sudah harmonis kah hubungan kita dengan Sang Pencipta, dengan orang tua sebagai perwakilan-Nya di dunia? Mari kita tingkatkan keimanan, melakukan ikhtiar dan bertawakal sepenuhnya hanya kepada Allah SWT.