Keberagaman di Indonesia merupakan anugerah yang diberikan Allah SWT. Indonesia mempunyai ribuan suku yang tersebar dari Aceh hingga Papua. Ribuan suku tersebut tentu mempunyai latar belakang yang saling berbeda. Baik itu dari sisi agama, bahasa, budaya ataupun adat istiadatnya. Menjadi tugas kita bersama untuk menjaga agar keberagaman tersebut tetap ada.
Kenapa keberagaman tersebut harus dijaga? Karena hanya Indonesia yang mempunyai keragaman sebanyak itu. Dan keragaman pada dasarnya bukanlah persoalan. Ketika keragaman suku, agama, bahasa dan budaya tersebut tetap terjaga, maka generasi penerus akan tetap mengetahui dan memahami tentang Indonesia seutuhnya.
Dalam prakteknya, seringkali beberapa oknum masyarakat dan kelompok, mengatasnamakan Islam, tapi justru tidak mengedepankan moderasi agama. Oknum ini selalu mengklaim bagian dari mayoritas masyarakat Indonesia yang beragama Islam. Sayangnya, ucapan dan perilakunya justru tidak mencerminkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia. Mereka seringkali merasa paling benar dan mengkafirkan pihak lain. Ketika sudah melabeli kafir, mereka cari pembenaran untuk melakukan perbuatan intoleran dan diskriminatif.
Suka tidak suka hal tersebut masih terjadi di beberapa daerah. Kenapa hal ini bisa terjadi? Bisa jadi mereka salah dalam memahami agama. Bisa jadi mereka juga sudah terpapar bibit intoleran dan radikal. Seperti kita tahu, propaganda dan provokasi radikalisme di media sosial saat ini begitu masif terjadi. Jika literasi masyarakat rendah, mereka pasti akan mudah terprovokasi. Apalagi isu yang diulas berkaitan dengan agama.
Mari kita semua introspeksi. Apa yang salah dengan perbedaan agama? Apa yang salah dengan perbedaan budaya? Apakah hal tersebut melanggar agama atau aturan? Apakah hal tersebut mempengaruhi keimanan kita? Beberapa tahun lalu pernah viral seorang pemuda dengan pakaian gamis, menendang sesaji yang ada di gunung Semeru. Alasannya hal tersebut merupakan perbuatan yang musrik? Benarkah? Ternyata sesaji tersebut digunakan oleh umat Hindu sebagai bentuk terima kasih pada Tuhan YME.
Mari kita juga obyektif dalam menyikapi segala sesuatu. Jangan dipikir secara subyektif. Penafsiran yang tidak utuh terhadap ajaran agama, hanya akan memicu terjadinya pola pikir yang intoleran dan diskriminatif. Jika pola pikir tersebut diimplementasikan dalam perbuatan, tentu akan sangat mengkhawatirkan. Kelompok minoritas tiba-tiba disalahkan. Aktifitas peribadahan yang dilakukan, dianggap mengganggu. Perilaku diskriminatif dan intoleran tersebut terjadi karena pemahaman agama yang salah.
Moderasi beragama tidak hanya saling menghargai dan menghomarti, tapi juga bisa menangkal bibit intoleran dan radikal. Moderasi beragama juga bisa menghindari potensi konflik. Keragaman yang ada di Indonesia memang bisa memicu terjadinya konflik, jika provokasi yang dilakukan begitu masif. Karena itulah menjadi tugas kita bersama, untuk tetap menjaga keberagaman ini, agar Indonesia tetap menjadi negara yang kaya, yang penuh warna, tapi tetap mengedepankan kemanusiaan dan perdamaian. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H