Kata jihad belakangan kembali mengemukan di jagat maya. Kata ini muncul karena adanya aksi bom bunuh diri yang dilakukan sepasang suami istri di depan gereja Katedral, Makasar. Ya, aksi bom bunuh diri selalu dimaknai sebagai jihad oleh kelompok teroris. Padahal, jelas-jelas perbuatan tersebut tidak dibenarkan oleh ajaran agama. Disisi lain, kelompok teroris seringkali membawa sentimen keagamaan, ketika melaksanakan aksi teror. Salah satunya seringkali mereka meneriakkan takbir dalam setiap melakukan tindakan intolerannya.
Jihad memang sempat dijelaskan dalam Al-Quran. Namun jihad yang dimaksud bukanlah dengan cara mencaci maki, menebar kebencian, melakukan persekusi apalagi melakukan tindak pidana terorisme. Jihad dengan cara bom bunuh diri adalah bagian dari kesesatan berpikir. Jika mereka seringkali menyatakan orang yang berbeda keyakinan sebagai orang yang sesat, mereka lah sebenarnya yang sesat. Keputusan bom bunuh diri menandakan telah matinya kesadaran mereka dalam hal beragama.
Dalam berbagai literatur, banyak contoh jihad yang bisa dilakukan. Jihad yang dimaksud adalah jihad yang yang sesungguhnya harus dilakukan oleh seorang yang beragama. Yaitu melawan hawa nafsu. Bagaimana mungkin menahan hawa nafsu bagian dari jihad? Rasulullah SAW bersabda, "jihad yang paling utama adalah seorang berjihad (berjuang) melawan dirinya dan hawa nafsunya." Dalam hadis yang lain, Rasulullah SAW bersabda, "mujahid itu adalah mereka yang berjihad melawan hawa nafsunya." Penjelasan diatas harusnya bisa dijadikan pembelajaran. Apa yang telah dilakukan oleh kelompok teroris justru jauh dari jihad yang sesungguhnya.
Contoh jihad lain yang bisa dilakukan oleh siapapun adalah menuntut ilmu. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang mendatangi masjidku (masjid Nabawi), lantas ia mendatanginya hanya untuk niatan baik yaitu untuk belajar atau mengajarkan ilmu di sana, maka kedudukannya seperti mujahid di jalan Allah. Jika tujuannya tidak seperti itu, maka ia hanyalah seperti orang yang mentilik-tilik barang lainnya." (HR. Ibnu Majah no. 227 dan Ahmad 2: 418, shahih kata Syaikh Al Albani). Dalam kesempatan lain, Raslullah bersabda: "Siapa yang keluar menuntut ilmu (karena Allah), maka ia sedang berjuang (jihad) di jalan Allah sampai ia kembali." (HR. Tirmidzi, no. 2647).
Belajar menuntut ilmu, sejatinya sama halnya dengan melakukan jihad di jalan Allah. Jika ada yang lebih mudah dan jelas, kenapa harus melakukan jihad yang salah dengan cara meledakkan diri? Lalu, dimana letak kebenarannya? Dari sini saja jelas sekali, bahwa meledakkan diri adalah perilaku menyimpang yang harus dijauhi oleh siapapun yang hidup di muka bumi ini.
Menyampaikan kebenaran kepada pemimpin yang dzalim, juga salah satu contoh jihad. Ingat, manusia pada dasarnya merupakan gudangnya kesalahan. Mengingatkan pemimpin yanglalin, pada dasarnya merekan bagian dari jihad juga. Tidak hanya itu, menjauhkan diri dari segalah bentuk kemaksiatan, juga bisa menjadi bagian dari jihad. Jika melihat contoh diatas, dalam konteks zaman sekarang ini, jihad punya makna yang sangat luas. Bekerja membanting tulang untuk keluarga, juga merupakan bagian dari jihad. Karena itulah, bekalilah diri kita semua dengan literiasi yang baik dan benar. Jangan mudah diprovokasi oleh informasi yang belum tentu benar. Salam literasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H