Kamis, 14 Januari 2021, menjadi hari yang menyedihkan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Ulama hebat yang selalu menyebarkan keteduhan, Syekh Ali Jaber meninggal dunia.Â
Kabar duka ini langsung membuat masyarakat bersedih. Ulama yang tidak pernah marah, ulama yang selalu menebar pesan damai kepada siapapun ini, dipanggil menghadap Tuhan. Banyak hal yang akan dirindukan dari Syekh Ali Jaber, salah satunya adalah keteduhan yang selalu melekat dalam dirinya.
Kenapa semua orang simpati dan mencintai Syekh Ali Jaber? Karena beliau seorang ulama yang suka berbagi, suka memaafkan, sangat menghargai keberagaman dan seorang yang sangat mencintai Indonesia.
Ketika mendengar kabar beliau ditusuk saat berdakwah di Bandar Lampung, pada 13 Agustus 2020 yang lalu, publik sampai tidak habis pikir. Apa yang ada dalam pikiran si penusuk? Orang yang sangat baik justru ditusuk dengan senjata tajam.Â
Setelah penusukan, Syekh Ali justru tidak marah. Sekalipun tidak pernah mengeluarkan kalimat yang berisi umpatan atau yang lain. Syekh Ali justru meminta masyarakat untuk tidak marah dan menahan diri untuk tidak menyerang pelaku.
Tidak hanya contoh di atas yang bisa kita jadikan pembelajaran. Kesabaran beliau untuk tidak berusaha membuat 'gaduh' selalu diterapkan kepada siapa saja. Beliau selalu menghindari pertengkaran, dan sering meminta maaf kepada siapa saja. Hal ini dilakukan karena beliau hanya ingin meniru ucapan dan perilaku yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Jika kita semua selalu mengklaim cinta pada Rasululllah SAW, sudah semestinya segala dari ucapan dan perilaku kita juga harus meniru Rasulullah SAW.
Keteduhan Syekh Ali Jaber juga seringkali terlihat kepada masyarakat non muslim. Beliau tidak pernah memandang non muslim sebagai pihak yang harus dipersoalkan. Beliau justru merangkul keberagaman yang ada di Indonesia. Hal ini dilakukan karena Rasulullah SAW pun juga pernah menunjukkan hal yang kurang lebih sama. Tak heran jika banyak orang yang menilai Syekh Ali Jaber dengan ulama yang mempunyai keteduhan hati yang sangat luar biasa.
Menyamakan antara apa yang dipikirkan, apa yang dikatakan dan apa yang diperbuat, sekilas memang mudah. Namun dalam implementasinya mungkin tidak semudah yang diperkirakan.Â
Syekh Ali juga tidak pernah memaksakan kebenaran yang diyakini. Karena bisa jadi orang yang belum meyakini apa yang beliau yakini, belum mendapatkan hidayah atau petunjuk. Karena hal ini merupakan wilayah Tuhan. Tugas seorang ulama adalah menyampaikan, masalah diterima atau tidak itu menjadi urusan Tuhan.
Dan Syekh Ali Jaber merupakan salah satu ulama yang bisa diterima oleh kalangan apa saja. Beliau selalu hadir ketika diundang NU, Muhammadiyah, Sallafi atau kelompok yang lain. Niatnya hanyalah satu, berdakwah. Dan tujuan berdakwah tidak lain dan tidak bukan untuk mendapatkan ridha dari Tuhan. Itu saja.
Bayangkan, jika semua ulama seperti Syekh Ali Jaber, mungkin akan banyak masyarakat yang ikut menjaga keteduhan dan kesucian hatinya. Bayangkan jika semua masyarakat mengikuti apa yang dilakukan Syekh Ali, masyarakat tidak mudah mengumbar amarah. Sebaliknya, masyarakat akan aktif mengumbar kebaikan dengan caranya masing-masing. Salam damai.