Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dakwah Santun Akan Membuat Indonesia Semakin Adem

20 Desember 2020   10:31 Diperbarui: 20 Desember 2020   10:49 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dakwah Santun - harakatuna.com

Mengikuti dakwah memang menjadi hal yang biasa bagi masyarakat Indonesia. Dalam konteks budaya, dakwah juga menjadi hal yang lumrah meski istilahnya mungkin berbeda-beda di setiap daerah. Dalam konteks spiritual, semua agama mengenal konsep dakwah ini. 

Tak heran jika dakwah menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan menguatkanya kelompok intoleran di Indonesia, dakwah yang menyejukkan berubah menjadi dakwah provokatif dan bernuansa kebencian.

Praktek semacam ini harus disudahi. Kenapa? Karena budaya suku-suku dan agama yang ada di Indonesia, tidak ada satupun yang mengajarkan perilaku yang tidak baik. Perpaduan adat dan agama telah melahirkan pola dakwah yang berakhlak. Wali Songo telah memberikan contoh yang sangat jelas, ketika menyebarkan Islam di tanah Jawa. Para wali tersebut juga berhasil melakukan akulturasi antara budaya dan agama, dimana jejaknya masih bisa kita lihat dan pelajari hingga saat ini.

Seperti kita tahu, Indonesia adalah negara dengan tingkat keragaman suku, budaya, agama dan bahasa yang sangat tinggi. Suku-suku yang tersebar dari Aceh hingga Papua, mempunyai latar belakang yang melekat. Keragaman itu bagi sebagian orang, dimaknai sebagai sebuah persoalan. Alasannya, bertolak belakang dengan mayoritas masyarakat Indonesia yang beragama Islam. Pandangan ini jelas salah. Ironisnya, pandangan yang salah ini seringkali disebarkan melalui dakwah-dakwah yang kadang justru memberikan kebingungan bagi masyarakat.

Bagi para pendakwah, apapun latar belakangnya, mari terus menyebarkan pesan-pesan yang menyejukkan. Hentikan segala bentuk pesan provokatif dalam bentuk apapun. Di masa pandemi ini, semua pihak harus saling menguatkan bukan saling melemahkan. Semua orang harus saling bantu bukan saling mencari kejelekan satu sama lainnya. Karena pandemi tidak akan hilang jika diantara kita masih terus saling provokasi satu dengan yang lain.

Saatnya kita introspeksi. Siapapun kita, apapun latar belakang kita, hentikan segala bentuk provokasi dan bibit kebencian dalam diri. Karena kebencian akan bisa membangkitkan amarah dalam diri. Dan ketika nafsu dan amarah itu tak terkontrol, maka kita akan semakin jauh dari segala aktifitas positif. 

Jika amarah tak terkendali, maka kita tidak akan bisa ramah kepada orang lain. Kita tidak akan bisa saling membantu. Dan kita tidak bisa saling menghargai. Semuanya tertutup oleh amarah yang tidak jelas tujuannya.

Apakah kita ingin seperti itu? Jika RS pimpinan FPI dinyatakan bersalah oleh kepolisian dan ditetapkan sebagai tersangka, apakah kita masih akan bersikeras tokoh tidak bisa bersalah? Apakah keturunan Nabi selalu terhindar dari segala tindakan buruk? Tentu tidak. 

Jika kita mempunyai akhlak yang baik, tentu kita akan bisa melihat persoalan ini secara proporsional dan berimbang. Karena seseoarang dengan akhlak yang baik, akan bisa mengendalikan nafsu dan amarahnya, serta bisa melihat persoalan secara utuh karena membekali dirinya dengan informasi yang lengkap.

Sekali lagi, hentikan segala bentuk dakwah yang kurang berakhlak. Hentikan dakwah yang lebih cenderung provokatif. Ingat, kita adalah negara damai, bukanlah negara konflik. Menjadi tugas kita bersama, untuk tetap menjaga kedamaian negeri ini, agar bisa terus dinikmati oleh generasi mendatang. Salam damai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun