Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Era Milenial, Diperlukan Komitmen Menebar Bibit Perdamaian

18 Agustus 2018   09:44 Diperbarui: 18 Agustus 2018   13:35 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Milenial - clockit.io

Begitu bermanfaatnya internet di era milenial ini, membuat semua orang berbondong-bondong mencari eksistensi di dunia maya. Tidak hanya para politisi yang ingin mendapatkan simpati di sosial media, semua orang pun ingin mendapatkan perhatian. Mulai dari situs jual beli, situs berita online, sampai situs apapun yang ada di dunia maya, berlomba mendapatkan perhatian masyarakat. 

Ini artinya, dunia telah memberikan kemudahan bagi masyarakat, untuk melakukan berbagai kebutuhan masyarakat. Karena kemudahan dan kelebihannya itulah, internet menjadi ramai dikunjungi oleh semua orang dari belahan bumi. Sayangnya, ketika dunia maya mulai ramai, justru seringkali digunakan untuk menebar kebencian, menebar hoax, hingga melakukan provokasi. 

Akibatnya, tidak sedikit dari masyarakat kita yang mudah menjadi provokator. Hanya untuk mendapatkan keuntungan pribadi, mereka rela menebar kebencian di dunia maya. 

Sementara, masyarakat yang tidak membekali dirinya dengan informasi yang valid, akan mudah terpengaruh. Mereka akan mudah marah karena merasa dizalimi, atau dicemarkan nama baiknya. Semuanya itu tidak akan terjadi, jika kita bijak dalam berperilaku di dunia maya. 

Memang, tak dipungkiri, budaya literasi masyarakat kita masih sangat lemah. Budaya cek ricek juga masih lemah. Hal-hal semacam ini harus segera ditinggalkan, mengingat perkembangan teknologi informasi begitu pesat sekali. Bibit kebencian tidak boleh berkembang terus di Indonesia. Karena kultur Indonesia tidak ada satupun yang mengajarkan kebencian. 

Kalau kita sadar, bibit kebencian itu justru berasal dari luar yang sengaja dimasukkan ke bumi Indonesia melalui kemajuan teknologi informasi. Ironisnya, karena diantara kita sendiri tidak menyadarinya, yang terjadi justru kita yang menyebarkan bibit kebencian tersebut.

Mari kita kembali ke kearifan lokal kita sendiri. Boleh era berganti, boleh generasi berganti, yang jelas pergantian-pergantian tersebut jangan sampai mengganti kultur yang telah ada. 

Perdamaian adalah komitmen yang telah dijaga sejak era nenek moyang. Sekarang di era milenial ini, perdamaian juga harus tetap dijunjung tinggi. Karena di era milenial ini penyebaran ujaran kebencian justru terus mengalami peningkatan. 

Hanya karena perbedaan politik, perbedaan keyakinan, ataupun perbedaan pandangan, antar sesama bisa saling membenci dan memusuhi. Padahal, nenek moyang kita tidak pernah mengajarkan generasi penerusnya untuk saling membenci dan memusuhi. 

Era milenial harus tetap berpihak pada kemanusian dan perdamaian. Karena hanya dengan menghormati kemanusian dan perdamaian, tidak ada lagi kekerasan yang mengatasnamakan kepentingan apapun. 

Karena berbeda itu anugerah. Tuhan menciptakan manusia dan seisi bumi bumi berbeda-beda. Makan menjadi aneh jika ada manusia di era milenial ini justru mempersoalkan perbedaan dan keberagaman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun