Mohon tunggu...
Muhammad Halim
Muhammad Halim Mohon Tunggu... -

suka dunia pendidikan, suka dunia traveling, suka dunia seru-seruan, suka film, tap gak suka korupsi... suka nyebarin ideologi baru Halimisme.. hati-hati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Musuh Bersama Itu Bernama "Kejujuran"

16 Juni 2011   06:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:28 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

saya sepakat dengan apa yang pernah dikatakan oleh shakespare dalam karyanya All's Well that Ends Well.  bahwa No legacy is so rich as honesty, tidak harta yang begitu melimpah selain dari kejujuran. sepintas ketika kita mendengar kata jujur dan harta dalam realitas kekinian maka kita seolah melihatnya sebagai sesuatu yang mustahil, entah kenapa atau karena mungkin kejujuran dan harta saat ini sudah tidak bisa seromantis dulu ketika rakyat jujur menyerahkan hartanya untuk membangun negeri ini. yah jujur dan harta seperti talak tiga di dalam pola berfikir masyarakat modern indonesia entah kenapa. harta akan selalu berkonotasi dengan kelicikan dan tipu muslihat mereka saling berteman dan memlihara janji akan saling melindungi, kalau seandainya anggota dewan tidak saling melindungi di dalam berbuat kelicikan maka tentu mereka tidak akan menjadi orang kaya yang berharta,  yah setidaknya ketidak jujuran akan melepas mereka dari belenggu kemiskinan. maka dengan begitu merekapun bisa  aduhai berjalan dan bertobat dari kemiskinan. beginilah menurut saya korelasi antar ketidakjujuran dan korelasinya dengan harta. jujur seolah-olah kehilangan dari wilayah publik kita, dia sangat susah untuk ditemui di dalam keseharian masyarakat indonesia, sederhana misal, kita menontotn sinetron yang ada di indonesia maka kita akan melihat betapa ketidakjujuran diajarkan kepada kita, karena semua pemain di film itu berwajah cantik dan tampan seolah-olah di dunia ini memang memiliki paras rupawan semua.  kebohongan juga mengancam di ranah-ranah religuisitas, agama menjadi komoditas politik  yang sangat bagus dan laku untuk dijual di pasaran, konsekuensinya adalah agama harus agak sedikit dipercantik, dan dipoles agar memiliki nilai jual tinggi , ayat-ayat al-quran dipas-paskan untuk kepentingan kampanye politik dan calon legislatif, bahkan terkadang agama juga akan dijadikan sebagai senjata untuk memberikan hukuman dan melakukan pembenaran. kalaupun kita masih memiliki asumsi kalau pendidikan itu merupakan sebuah tempat untuk melakukan pembentukan awal bagi masyarakat dan pribadi yang bertanggung jawab, maka kasus  si Aam dan ibu siami menjadi pukulan telak bagi kita, ketika mereka berupaya menegakkan kejujuran di dalam kehidupan mereka, sang ibu membangun karakter buliding yang bagus di lingkungan keluarganya dan itu harus dipreteli oleh guru yang mengobrak-abrik pondasi nilai yang ditanamkan oleh ibu. saya sedih dan  saya pikir anda pun akan sedih ketika melihat kejujuran justru menjadi musuh bersama di masyarakat, kejujuran tidak mendapatkan tempat di masyarakat kita dan kejujuran menjadi musuh bersama di dalam masyarakat kita. kejujuran kalah karena dia minoritas di tengah mayoritas ketidakjujuran, Wa Ode mungkin mungkin memberikan gambaran kepada kita mengenai bagaimana kejujuran itu akan mahal harganya di tengah komunitasnya, terlepas dari berbagai tudingan yang menimpa dirinya, namun setidaknya kita menghargai dia yang berani melawan hegemoni ketidakjujuran di lingkungannya. Sudah jarang kita dengar mungkin Ustad Yususf Supendi yang berjuang mati-matian mengungkapkan ketidakjujuran di partainya, namun akhirnya sekarang dialah musuh bersama bagi partainya dan para anggotanya, ada himbauan tidak tertulis di negara kita bahwa "siapa yang jujur maka akan menjadi musuh bersama" bahasa kejujuran akan senantiasa menjadi momok bagi mereka yang takut akan kejujuran itu, yah menjadikan kejujuran sebagai musuh bersama merupakan sebuah solusi untuk menggencet bahasa-bahasa jujur dan psatu lagi prinsip tak tertulis di negara kita adalah siapa yang paling banyak menyuarakan maka dhal itulah yang benar, kalau ketidakjujuran leih banyak daripada kejujuran maka sudah pasti ketidakjujuran lah pemenangnya. catatan Gus solah mengenai perjalanannya di turki (opini kompas 15-6) memberikan isarat bahwa kejujuran mampu membangun negegri itu, meskipun banyak tantangan yang tidak mudah untuk membangunnya, yah benar mungkin apa yang dikatakah shakespare bahwa kelimpahan yang utuh dan hakiki adalah kelimpahan yang dilandasi dengan kejujuran dan keberanian untuk berkata jujur. [caption id="attachment_114337" align="alignnone" width="300" caption="foto amirakaayew.blogspot.com"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun