Mohon tunggu...
Muhammad Halim
Muhammad Halim Mohon Tunggu... -

suka dunia pendidikan, suka dunia traveling, suka dunia seru-seruan, suka film, tap gak suka korupsi... suka nyebarin ideologi baru Halimisme.. hati-hati

Selanjutnya

Tutup

Politik

Identitas Jenggot dalam Politik

6 Juni 2011   06:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:49 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pagi ini majalah Mingguan Tempo hadir di hadapan saya.  dengan berlatar sampul putih saya agak terkejut membacanya bukan karena ada gambar pisau pemotong daging besar yang mentereng di depannya, namun ada kata yang saya merasa terpanggil karena saya juga memilikinya, judulnya sederhana namun menohok "SEKALI LAGI , DAGING BERJANGGUT" saya merasa terpanggil karena saya juga memiliki janggut atau lebih enaknya saya sebut jenggot saja.  setelah saya coba baca apa yang ada di dalamnya sebenarnya merupakan sebuah kasus lama yang tidak kunjung selesai, ini bukan masalah impor kambing yang notabene kambing itu memiliki jenggot, namun yang disorot dan dibahas disini adalah pelaku dari kasus impor daging ini adalah orang-orang yang berjenggot.  saya tidak tahu inisiatif  siapa yang memunculkan hal ini, tema ini menidentifikasikan bagian dari salah satu yang menjadi sunnah menjadi sesuatu yang sangat najis sekali, yakni mencuri. setiap substansi yang diperjuangkan pasti akan menghasilkan simbol dan simbol itu yang nantinya menjadi perwakilan dari substansi-substansi yang ada. begitu pula dengan islam bagi saya memelihara jenggot bukan hanya sebagai sebuah simbol bagi lelaki muslim namun dia justru lebih mengarah kepada sebagai pembeda antara lelaki muslim dan lelaki yang bukan muslim. Jenggot tidak bisa diklaim milik suatu harokah atau organisasi begitu pula halnya dengan celana cingkrang atau isbal, bayak yang melakukan klaim terhadap sunnah-sunnah nabi. sangat berbahaya bagi saya klaim terhadap sunnah di dalam islam dan pen-streotipan terhadap beberapa kelompok. mengapa? karena ini berdampak memandang islam secara parsial dan terpisah namun akhirnya akan beujung kepada satu, bertemu di dalam satu titik di ummat islam. mengapa hal ini muncul? sebnarnya ini dikarenakan ummat islam sendiri yang keliru di dalam menerjemahkan Brand politik.  di dalam teori manjeman kita sama-sama sepakat bahwa Brand penting untuk mendongkrak penjualan, ini keliru diterjemahkan di dalam politik yang mendasarkan gerakannya kepada islam. menjadi Konsekuensi yang sangat berat dan susah apabila kita keluar ke masyarakat dan memberikan identifikasi kepada diri kita bahwa kita datang membawa nama Islam dan akan memperjuangkan islam, lalu secara tidak sadar kita memunculkan ciri yang teridentifikasi kepada diri kita tentang bagaimana perjuangan dan berpolitik ala islam. lalu akhirnya masyarakat memberikan kepada kita titel bahwa kita adalah representasi islam, dari sinilah maka diawali ujian kepada kita karena setiap ketergelinciran yang terjadi maka bukan dia atau parpolnya yang kena dampak  namun Islam-lah yang akan dikena. dan akhirnya inilah kondisi realitas yang terjadi saat ini, Daging berjenggot adalah bentuk dan efek dari simbol yang terbawa arus dan tertarik ke dalam pusaran dialektika politik. saya sangat tersinggung bukan karena orangnya namun karena islamnya. akhir-akhir ini mungkin kita bisa melihat bagaimana para pelaku di parpol islam justru tidak memberikan jawaban terhadap kerusakan di bumi indonesia ini, bahkan ikut terlibat dan menjadi aktor di dalam praktek percaloan anggaran misalnya.  atau mungkin saat ini para politisi yang bernaung di partai da'wah menjadi mafia anggaran dan bermain-main dengan beberapa kasus di kementrian. maka mari kita membangun kultur berpolitik santun luar dalam bersih luar dalam dan profesional luar dalam, kompromi memang diperkenankan namun bukan kompromi yang mempertaruhkan aqidah dan akhlak sebagai seorang muslim, memang sekarang sangat susah untuk bertahan di dalam ranah idealisme, namun siapa yang akan mengawalinya? mari sebelum menunjukkan bahwa islam adalah sistem yang dapat menjawab permasalahan ummat kita tunjukkan terlebih dahulu bagaimana kultur berpolitik dan bagaimana tiap-tiap individu di dalam islam itu mampu menjawab berbagai masalah. jangan sampai masyarakat kemudian mengatkan bahwa "tidak ada perbedaan yang memimipin itu orang islam atau bukan, atau tidak ada perbedaan yang jadi mentri itu dari parpol islam atau bukan" dan akan berhujung di satu titik dimana islam hanya akan menjadi simbol tanpa substansi. sama dengan yang terjadi di kristen di tanah eropa.nanti pun tidak akan jenggot yang akan dikena. namun juga siwak misal ada kasus impor kayu yang melibatkan orang islam maka akan muncul istilah "politik Siwak" he he

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun