Tangerang Selatan - Maraknya transportasi online bukanlah satu-satunya penyebab menurunnya peminat angkutan umum. Penggunaan kendaraan pribadi yang tinggi di Tangerang Selatan menyebabkan angkutan umum (angkot) menjadi kurang diminati oleh masyarakat. Hal ini juga terbukti dengan kondisi pelayanan angkutan umum (angkot) saat ini yang belum bisa memenuhi kebutuhan perjalanan masyarakat.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, berdasarkan survei tahun 2022, jumlah kepemilikan mobil penumpang di Kota Tangerang Selatan sebanyak 241.469 unit, bus sebanyak 1.556, truk sebanyak 29.989, sedangkan kepemilikan kendaraan bermotor mencapai 661.706 unit. Dari data kepemilikan kendaraan pribadi tersebut menunjukkan bahwa transportasi umum di wilayah Tangerang Selatan, seperti angkutan umum (angkot) D10 akan mengalami penurunan permintaan.
Angkutan umum (angkot) D10 merupakan salah satu transportasi umum di Tangerang Selatan dengan rute perjalanan dari Pasar Ciputat hingga Taman Mangu, Pondok Aren (Ciputat - Pondok Aren). Dari rute perjalanan Ciputat - Pondok Aren ini, lokasi yang cenderung ramai penumpang naik yaitu di Stasiun Jurangmangu, karena lokasi ini menjadi titik kedatangan banyak orang dari berbagai daerah. Penumpang angkot D10 cukup beragam, mulai dari pelajar, pekerja, ibu rumah tangga, dan lainnya.Â
Dalam wawancara bersama Alen, sopir angkutan umum (angkot) D10 pada Rabu (20/12/23) di lokasi ngetem angkot D10, di Stasiun Jurang Mangu, ia menuturkan bahwa fenomena menurunnya peminat angkot ini sudah terasa jauh dari sebelum covid-19 menerpa yaitu sejak ramainya angkutan online. Ia juga menyampaikan bahwa mungkin saja masyarakat yang tidak lagi naik angkutan umum disebabkan mereka gengsi sehingga beralih ke transportasi online. Memang tak bisa dipungkiri jika perkembangan teknologi transportasi di Indonesia menyebabkan angkutan umum (angkot) menjadi tersisihkan.Â
Tentunya hal ini mengusik para sopir angkot karena menyebabkan penumpang mereka lebih memilih transportasi online baik yang berupa motor maupun mobil. Penggunaan angkutan umum yang sepi penumpang juga disebabkan oleh skala pelayanan angkutan umum (angkot) yang belum mampu menjangkau seluruh kawasan sepanjang rute perjalanan Ciputat-Pondok Aren.
Senada dengan Alen, Muji -sesama rekan sopir angkutan umum (angkot) D10- juga menyampaikan bahwa tidak lagi ada harapan bagi mereka jika angkutan online semakin meningkat. Hal tersebut akan membuat mereka semakin kehilangan pelanggan.
"Saya pengennya online dihilangkan. Kalau emang ojek online bisa dihilangin ada harapan, tapi kalau gak bisa ya gak ada harapan. Kalau ojek online kan bisa dijemput dirumah, angkot cuma di jalanan." tuturnya.
Lebih lanjut lagi, saat wawancara bersama salah satu penumpang angkot, Kania menyampaikan bahwa adanya angkutan umum (angkot) baginya sangat menguntungkan, dari segi tarif angkot terbilang murah, dan praktis karena penumpang hanya perlu naik dan duduk saja tidak perlu repot membawa kendaraan pribadi. Menurutnya, penyebab rendahnya minat masyarakat terhadap angkutan umum (angkot) sebenarnya disebabkan oleh pelaku perjalanan atau masyarakat itu sendiri. Sedangkan faktor lain seperti kondisi sistem transportasi hanya berpengaruh sedikit pada minat masyarakat.Â
"Sebenarnya naik angkot itu enak tinggal duduk saja dan murah juga. Tetapi memang harus spare waktu lebih aja, karena angkot kan lama. Harapannya ya semoga kalau ngetem gak kelamaan supaya orang yang mau naik gak mikir dua kali." ujarnya.