Pendidikan Pada Masa Awal Islam
Melanjutkan tradisi budaya Arab, pada masa awal Islam para orang tua ingin agar anaknya dididik di gurun, khususnya ketrampilan berenang, menunggang kuda, dan menguasai pepatah-pepatah terkenal dan puisi kepahlawanan.Â
Kemudian, menulis dan aritmetika melengkapi  daftar keterampilan dasar yang menjadi bagian dari kurikulum anak-anak kelas pedagang dan bangsawan.Â
Di gurun anak-anak muda berkenalan untuk pertama kalinya dengan kenyataan kekayaan bahasa Arab lewat puisi. Orang Arab di manapun mereka berada, ke manapun mereka pergi percaya bahwa bahasa Arab Badui adalah bahasa Arab yang paling murni bagi pengikut Nabi Muhammad.Â
Bangsa Arab sangat bangga dengan keaslian bahasanya dan seperti halnya orang Yunani kuno  mereka selalu mengejek kepada orang-orang yang kemampuan bahasanya tidak memenuhi standard. Â
Banyak orang tua yang takut kalau-kalau anaknya dicemari oleh bahasa Arab yang tidak murni, Â yang terbentuk oleh interaksi terus-menerus dengan orang-orang non-Arab.Â
Mnurut Hitti, "Barangkali tidak ada bangsa di dunia yang secara antusias mengangumi secara ekspresif sastra dan terpengaruh oleh ungkapan lisan atau tulisan seperti bangsa Arab.Â
Ekspresi arstistik bangsa Arab-betatpapun dibatasi oleh kehidupan nomad serta kurangnya waktu luang dan sumber daya terungkap terutama lewat lisan, setiap suku menghormati para penyairnya yang menjaga kehidupan sejarah, nilai, hokum, dan adapt istiadat mereka. Seperti di kebanyakan masyarakat yang tak mengenal tulis-baca, mereka yang mampu menghafal tradisi lisan ini adalah guru-guru pertama orang Arab.Â
Sebelum nabi Muhammad menyebarkan wahyu melalui sekretarisnya, sekolah sebenarnya telah dikenal di wilayah Arab utama, terutama Mekkah.Â
Seorang sejarawan Arab mencatat ahwa orang asli Mekkah yang pertama mengenal tulis baca diajar oleh seorang Kristen dan bahwa jumlah orang Mekkah yang mengenal baca tulis pada saat datangnya Islam berjumlah 17 orang.Â
Bahkan pada masa awal Islam pun orang Kristen ini masih dipekerjakan sebgai guru tulis baca, sebab orang muslim yang bisa hanya sedikit. Â Mereka yang sedikit ini dipekerjakan sebagai juru tuls Al-Qur'an.Â