Riau merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian tengah pulau Sumatera. Provinsi Riau merupakan salah satu daerah yang dianggap potensial dalam pengembangan peternakan, karena mengingat laju pertumbuhan rata-rata penduduk 3,79% per tahun. Kebutuhan masyarakat terhadap konsumsi daging ternak sangat besar di Riau. Seiring dengan pertambahan penduduk dan meningkatnya pendapatan ekonomi serta kesadaran masyarakat tentang pentingnya peningkatan gizi.
Masakan iau merupakan masakan, makanan atau minuman yang merupakan buatan asli dan menjadi ciri khas Riau. Masakan kepulauan Riau sangat dipengaruhi oleh budaya suku Melayu dan etnis Tionghoa. Beberapa makanan juga dipengaruhi budaya suku Jawa, Bali, Bugis, India, suku- suku di Sumatra, suku suku di Kalimantan, bahkan budaya Eropa khususnya Inggris dan Belanda.Terdapat banyak jenis makanan dari provinsi Riau, salah satunya sup tunjang.Sop Tunjang adalah salah satu hidangan khas dari Provinsi Riau, Indonesia, yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya kuliner masyarakat Melayu di daerah ini. Hidangan ini tidak hanya menggugah selera dengan cita rasanya yang khas, tetapi juga mengandung nilai sejarah, budaya, dan tradisi yang melekat erat pada masyarakat setempat. Dalam esai ini, kita akan mengeksplorasi asal-usul, bahan, proses pembuatan, serta makna budaya yang terkandung dalam Sop Tunjang khas Riau. Sup tunjang adalah sejenis sup dan pada umumnya sup ini terbuat dari sayuran, sedangkan untuk sup tunjang ini hanya menggunakan potongan- potongan daging beserta tulang tulangnya sebagai bahan pelengkap. Bahan utama yang digunakan untuk sup tunjang adalah daging dan tulang dari sapi.. Rumah Makan Sup Tunjang Pertama sendiri terletak dijalan Soekarno Hatta kota pekanbaru, lokasi strategis membuat sup tunjang pertama pekanbaru ini bisa dikenal masyarakat dan orang-orang yang berlibur dipekanbaru. Khususnya masyarakat disekitar soekarnohatta. Adapun harga yang dikeluarkan tidaklah begitu besar, pas untuk kantong masyarakat dan mahasiswa yang ingin merasakan sup tunjang. Sangat disayangkan sekali kalau berkunjung ke Pekanbaru tidak menikmati jajanan khas kota Pekanbaru. Tempatnya bersih, tertata rapi dan Nyaman. Sup Tunjang Pertama Pekanbaru Mempunyai Menu yang disediakan yaitu Sop Daging Sapi dan Sop ayam dan tentu saja Sop Tunjang. Meskipun tempatnya sederhana, namun dalam Kualitas Pelayanannya selalu Cepat dan Ramah.
ISI
Riau, yang dikenal sebagai salah satu pusat kebudayaan Melayu di Indonesia, memiliki tradisi kuliner yang kaya. Sop Tunjang menjadi salah satu ikon kuliner yang mencerminkan identitas masyarakat Riau. Kata "tunjang" merujuk pada bagian kaki sapi, khususnya tulang dan otot yang menyelimuti tulang tersebut. Di masa lalu, masyarakat Melayu di Riau memanfaatkan setiap bagian sapi untuk diolah menjadi berbagai jenis masakan, termasuk kaki sapi yang diolah menjadi sop. Awalnya, Sop Tunjang dibuat untuk acara-acara istimewa, seperti perayaan adat, kenduri, dan hari raya. Hidangan ini melambangkan rasa syukur dan kebersamaan, karena proses pembuatannya sering kali melibatkan banyak orang, dari mempersiapkan bahan hingga memasak bersama. Tradisi ini terus berlanjut hingga saat ini, menjadikan Sop Tunjang sebagai simbol solidaritas dan keramahtamahan masyarakat Melayu. Sop Tunjang atau yang biasa disebut sop tulang kaki sapi, mulai diperkenalkan penjualnya pada 1990. Ia bermula dari daerah Japura, Indragiri Hulu, sekitar  dua ratus kilometer dari Ibu kota Riau, Pekanbaru. Adalah Ibu Situ, 70 tahun yang memperkenalkan makanan ini pada masyarakat. Pada awalnya, sop tunjang bukanlah sesuatu yang menjadi menu utama. Sejatinya, Siti hanya penjual miso biasa. Sebagai penjual miso, idenya menambahkan potongan tulang kaki sapi ke mangkok miso pelanggannya hanyalah sebagai bonus. Namun, lama kelamaan, justru banyak pelanggan yang minta tulang ini tanpa miso. Alhasil, porsinya pun berubah. Ia menjadi semangkok sop tulang kaki sapi yang akhirnya dikenal dengan sop tunjang. Dan tunjang itu sendiri adalah nama lain dari makanan yang diolah dari lutut kaki sapi ke bawah. Untuk mengolahnya, bulu kaki sapi ini terlebih dahulu dibuang dengan cara dibakar. Kemudian kaki sapi tersebut disayat-sayat hingga mendapatkan daging khas sapi. Bersama tulang yang masih ada, daging kulitnya, sering disebut jangat, direbus sekitar dua jam. Ini dilakukan untuk mengeluarkan kari sapi tulang sehingga terasa enak dan gurih. Setelah itu, barulah ia dimasak sesuai dengan resep standar sop pada umumnya. Untuk menimbulkan rasa pedas, dapat digunakan cabai rawit, yang kemudian dicampur dengan asam dari jeruk nipis dan rempah-rempah bumbu sup. Sop Tunjang yang berasal dari tulang sapi memang diyakini bisa menimbulkan persoalan kolesterol atau hipertensi (darah tinggi). Ada keyakinan lain bahwa sop tulang juga bisa meningkatkan kalsium pada tulang. Sup tunjang tersebut dengan mudah dijumpai di sepanjang Jalan Japura hingga Pematang Reba yang menghubungkan Pekanbaru dengan Rengat tersebut. Sup tunjang merupakan sup tulang kaki sapi yang dilengkapi dengan sayuran. Rasa kaldunya gurih dan lezat yang berasal dari sumsum tulang sapi yang ada di dalam tulang. iasanya tunjang hadir dalam potongan dadu besar, ada yang lengkap dengan tulangnya dan ada yang sudah lepas dari tulang. Hidangan ini dilengkapi dengan seledri dan taburan bawang goreng. Sop tunjang ini memiliki cita rasa gurih, asam dan sedikit pedas. Makanan ini enak disantap ketika masih hangat. Sop ini biasanya dinikmati dengan tambahan nasi putih. Begitu dihidangkan, aromanya semerbak memenuhi ruangan. Sup yang memiliki kuah bening tersebut digemari pelanggan setia dan juga masyarakat yang melintas di kawasan tersebut. Semangkuk sup tunjang panas dapat dinikmati dengan minuman es jeruk.
BAHAN BAHAN DAN PROSES PEMBUATAN
Keunikan Sop Tunjang terletak pada bahan-bahan yang digunakan dan proses memasaknya yang khas. Bahan utama dari hidangan ini adalah tunjang atau kaki sapi, yang memberikan tekstur kenyal sekaligus rasa gurih yang khas. Selain itu, bahan-bahan lainnya meliputi. Bahan:
1 kg tulang kaki sapi potong
1/2 kg daging sapi
2 buah tomat
1 buah wortel
1 buah kentang
3 butir kemiri
1/2 sdt ketumbar
2 cm jahe.
Proses pembuatan Sop Tunjang dimulai dengan membersihkan tunjang secara menyeluruh, biasanya dengan cara merebusnya terlebih dahulu untuk menghilangkan kotoran dan lemak berlebih. Setelah itu, tunjang dimasak bersama rempah-rempah dalam waktu yang cukup lama hingga teksturnya menjadi empuk dan bumbu meresap sempurna.
Kuah Sop Tunjang memiliki rasa gurih dan segar, berkat perpaduan antara santan, kaldu sapi, dan rempah-rempah yang digunakan. Beberapa variasi Sop Tunjang juga menambahkan bahan lain seperti wortel, kentang, dan tomat untuk memberikan rasa dan tekstur yang lebih kompleks. Hidangan ini biasanya disajikan dengan taburan bawang goreng dan daun seledri, serta disandingkan dengan nasi putih atau lontong.
CITARASA YANG ISTIMEWA
satu alasan mengapa Sop Tunjang begitu populer adalah cita rasanya yang kaya dan seimbang. Kuahnya yang gurih dan sedikit pedas memberikan sensasi hangat di lidah, sementara tunjangnya yang kenyal memberikan tekstur yang unik. Perpaduan ini menjadikan Sop Tunjang sebagai hidangan yang memanjakan selera dan memberikan pengalaman kuliner yang tak terlupakan. Selain itu, aroma rempah-rempah yang kuat menjadi daya tarik tersendiri dari hidangan ini. Kombinasi antara serai, daun jeruk, dan bawang menciptakan aroma yang menggugah selera bahkan sebelum hidangan disajikan. Inilah salah satu alasan mengapa Sop Tunjang sering menjadi hidangan favorit dalam berbagai acara dan perayaan di Riau.
MAKNA BUDAYA DAN FILOSOFI DIBALIK SOP TUNJANG KHASA RIAU
Bagi masyarakat Riau, Sop Tunjang bukan sekadar makanan, tetapi juga memiliki makna budaya yang mendalam. Hidangan ini mencerminkan nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, dan rasa syukur yang menjadi inti dari kehidupan masyarakat Melayu. Dalam tradisi kenduri, misalnya, memasak Sop Tunjang melibatkan banyak orang, dari memotong bahan hingga mengaduk kuah. Proses ini menciptakan momen kebersamaan yang mempererat hubungan antaranggota komunitas. Selain itu, Sop Tunjang juga melambangkan rasa hormat terhadap tamu. Dalam budaya Melayu, tamu dianggap sebagai pembawa berkah, sehingga menyajikan hidangan terbaik seperti Sop Tunjang adalah cara untuk menghormati mereka. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai Islam yang menjadi landasan kehidupan masyarakat Riau, di mana keramahan dan kedermawanan sangat dijunjung tinggi.
SOP TUNJANG DI ERA MODEREN
Seiring perkembangan zaman, Sop Tunjang tetap menjadi bagian penting dari kuliner Riau, meskipun beberapa inovasi telah dilakukan untuk menyesuaikan dengan selera dan gaya hidup modern. Kini, Sop Tunjang tidak hanya disajikan dalam acara-acara tradisional, tetapi juga tersedia di berbagai rumah makan dan restoran, baik di Riau maupun di luar daerah.
Beberapa koki dan pecinta kuliner bahkan mencoba menghadirkan variasi Sop Tunjang dengan menambahkan bahan-bahan baru atau mengubah cara penyajiannya. Misalnya, ada yang menyajikan Sop Tunjang dengan kuah pedas ala hidangan fusion atau menambahkan bahan seperti jamur dan jagung untuk memberikan sentuhan modern. Meski demikian, nilai-nilai tradisional tetap dijaga, terutama dalam cara memasak dan bahan-bahan yang digunakan. Hal ini menunjukkan bagaimana Sop Tunjang berhasil mempertahankan identitasnya di tengah perubahan zaman, sekaligus menjadi bukti fleksibilitas budaya kuliner dalam menghadapi tantangan modernitas.
Sop Tunjang khas Riau adalah lebih dari sekadar makanan. Hidangan ini adalah warisan budaya yang mengandung nilai sejarah, tradisi, dan filosofi yang mendalam. Dari proses pembuatannya yang melibatkan kebersamaan hingga cita rasanya yang kaya dan memanjakan, Sop Tunjang menjadi simbol kebanggaan masyarakat Riau sekaligus cerminan dari kekayaan kuliner Nusantara. op Tunjang adalah salah satu hidangan khas dari Provinsi Riau, Indonesia, yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya kuliner masyarakat Melayu di daerah ini. Hidangan ini tidak hanya menggugah selera dengan cita rasanya yang khas, tetapi juga mengandung nilai sejarah, budaya, dan tradisi yang melekat erat pada masyarakat setempat. Dalam esai ini, kita akan mengeksplorasi asal-usul, bahan, proses pembuatan, serta makna budaya yang terkandung dalam Sop Tunjang khas Riau.Di era modern, Sop Tunjang terus bertahan sebagai salah satu ikon kuliner yang dicintai, baik oleh masyarakat lokal maupun oleh wisatawan. Dengan menjaga keaslian resep dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, Sop Tunjang tidak hanya menjadi warisan yang patut dilestarikan, tetapi juga menjadi duta budaya yang memperkenalkan kekayaan tradisi Melayu kepada dunia.
DAFTAR PUSTAKA
JUANG NOVRIANTO Jurnal Valuta Vol 2 No 2, Oktober 2016, 171-189 ISSN : 2502-1419 ANALISIS KEPUASAN PELANGGAN PADA RESTORAN SOP TUNJANG PERTAMA (M1)
DI PEKANBARU https://journal.uir.ac.id/index.php/valuta/article/download/1149/
https://id.scribd.com/document/328806711/Proposal-Sop-Tunjang
https://repository.uir.ac.id/14354/1/185210822.pdf
https://www.tvonenews.com/daerah/sumatera/134237-sop-tunjang-khas-melayu-riau-berkuah-bening-dengan-cita-rasa-gurih-begini-cara-memasaknya
https://kepri.antaranews.com/berita/155529/menikmati-sup-tunjang-khas-di-riau
https://budaya-indonesia.org/Sop-Tunjang-dan-Indragiri-Hulu
https://travel.detik.com/domestic-destination/d-3408902/wisata-kuliner-sedap-untuk-dicoba-di-pekanbaru-sop-tunjang
https://repository.uin-suska.ac.id/19350/6/6.%20BAB%20I%20%281%29.pdf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H