Beberapa hari ini, saya jadi suka cari tau tentang HIV dan ODHA (Orang dengan HIV Aids). Hal ini bermula, ketika ada suggestion yang mengarahkan saya untuk menonton salah satu video mengenai penyebab HIV. Menurut saya ini menarik, karna orang yang menyampaikan adalah seorang ODHA. Ia terlihat sehat dan tersenyum sepanjang video. Ia mengaku rutin mengkonsumsi obat ARV untuk membuatnya tetap sehat. Saya jadi terkesan dan persepsi dipikiran saya  salah.Â
Dipikiran saya orang yang terkena HIV akan kurus, tidak bertenaga, dan tatapan kosong. Kemudian saya baca comment yang menarik salah seseorang didalamnya mengatakan diabetes lebih berbahaya dari HIV. Saya tidak tau keabsahan kalimat ini. Namun pada intinya dari comment yang saya baca, saya mendapatkan satu kesimpulan HIV tidak dapat menular dari bersalaman, mengobrol, dan bahkan berpelukan.
Setelah selesai menonton satu video tersebut, terdapat beberapa video suggestion dibawahnya. Video tersebut membawa saya ke beberapa video yang saling berkaitan. Dalam video kedua yang saya tonton terdapat satu orang ibu-ibu yang sedang diwawancara dalam sebuah acara talkshow. Presenter tersebut menyebutkan sebuah fakta yang membuat saya kaget bahwa persentase ODHA terbanyak adalah ibu rumah tangga. Beberapa pertanyaan muncul dalam benak saya, mengapa ibu rumah tangga. Apa yang mereka lakukan? mengapa mereka yang kena? Dan beberapa pertanyaan lain.
Ibu tersebut menceritakan cerita hidupnya, ia tidak mengetahui bahwa suaminya adalah seorang ODHA hingga ia meninggal. Setelah suaminya meninggal, keponakannya akhinrya memberi tau bahwa suaminya meninggal karna HIV (dan mendesaknya untuk cek kesehatannya. Respon Ibu tersebut masih tergambar jelas dibenak saya,
Ia  bercerita hingga menangis tidak percaya. Ia mempertanyakan mengapa dirinya yang tidak pernah berbuat aneh-aneh, kenapa harus dirinya yang jadi korban padahal ia adalah seorang ibu rumah tangga yang sehari-hari hanya menjaga anaknya dirumah. Ia tampak shock dan menyesal, dalam wawancara tersebut. Setelah bertemu dokter yang merawat suaminya dulu, ia baru mengetahui bahwa suaminya sudah lama tau kalo ia terkena HIV namun ia tidak memberitahukan kepada keluarganya sampai ia meninggal.Â
Dua minggu setelah cek kesehatan, berdasarkan hasil tes Ia dinyatakan positif HIV. Sempat mengurung diri empat bulan dirumah, ia bercerita ia kehilangan semangat hidup dan beraktivitas. Ia berfikir bahwa kematian akan menjemputnya sebentar lagi. Ia mengaku sulit untuk menerima kenyataan dan stigma negative dari masyrakat. Hal ini juga ditambah dengan hasil tes kesehatan anaknya yang kala itu berusia satu tahun juga positif HIV.Â
Saya menarik helaan nafas panjang dan berdoa , "Semoga ibu ini selalu diberikan ketabahan". Saudara terdekat tidak mau bersalaman, memeluknya, dan berbicara dengannya seperti dahulu. Hal ini akhirnya membaik, Â setelah bertemu konsuler ia mulai bangkit kembali untuk bangkit dan hidup normal seperti sebelumnya. Saya melihat ia tegar dengan musibah yang dialami. Dengan segala kesulitan yang ia alami, ia tetap menjalankan kewajiban sebagai ibu sekaligus berkerja untuk keluarganya.
Saya juga berbagi informasi dengan teman kuliah saya, Caca. Bahkan Caca pernah membaca artikel yang menginfokan ada seorang Ibu yang terkena HIV dari facial. Hal ini disebabkan karna alat facial yang digunakan tidak steril. Saya ditunjukan oleh Caca alat yang menjadi penyebab penularan HIV , alat untuk keluarin komedo
. Bentuknya seperti jarum panjang dan diujungnya ada lobang seperti pada jarum jahit untuk memasukan benang. Lobang tersebut digunakan untuk membersihkan komedo. Sedangkan, jarumnya digunakan untuk mengeluarkan komedo. Saya jadi prihatin, jujur ngilu dan agak panik. Karna saya  pernah melakukan facial. Saya langsung teringat saya tidak pernah melakukan facial di klinik atau dokter.Â
Saya juga tidak tau kondisi kesterilan alat-alat tersebut. Sebenernya, saya pernah mendengar cerita orang yang sehabis facial bukan makin membaik mukanya malah makin buruk. Hal ini karna alatnya tidak steril dan sebelumnya dipakai untuk menangani orang yang sedang berjerawat, jadilah menular dan dapat memperparah jerawat. Sehabis Caca cerita saya menunjukan ketakutan kepadanya ,"Ca kayaknya gue ud ga mau facial deh, ngilu dengernya". Faktanya, facial sebenarnya tetap dapat dilakukan selama alat yang digunakan steril.
Dari beberapa video yang saya tonton saya mengambil kesimpulan. Korban ODHA tidak seharusnya dijauhi. HIV bukan penyakit yang dapat ditularkan melalui udara atau bersentuhan. HIV/AIDS hanya bisa menular lewat kontak cairan tubuh seperti darah, cairan vagina, cairan mani dan ASI. Penularannya bisa lewat penggunaan jarum suntik yang tidak steril, hubungan seks tidak aman juga pemberian ASI dari ibu ke anak.Â