Sekarang tidak hanya manusia yang punya KTP, sapi juga punya. Karena sapi juga memiliki data, jadi tidak ada salahnya sapi mempunyai KTP. Namun, KTP Sapi bukan Kartu Tanda Penduduk Sapi melainkan Kartu Teknologi Peternakan Sapi. KTP Sapi ini akan digunakan untuk mempermudah manajeman pendataan hewan ternak terutama sapi. Program Kreativitas Mahasiswa ini diusulkan oleh Mahasiswa Politeknik Negeri Semarang, yang diketuai oleh Muhammad Taufik dan beranggotakan Roni Apriantoro, Nadiyatul Azizah Sholeh, Halimah Itsna Wardany serta Mohammad Iqbal Yusuf.
KTP sapi diperluhkan agar lebih efisien dalam hal waktu mapun tenaga. Bayangkan, jika suatu peternakan memiliki ribuan sapi dan harus melakukan pendataan pada setiap sapi, pasti akan memerluhkan banyak tenaga dan waktu. Selain itu pendataan sapi menggunakan media kertas juga akan mengalami beberapa resiko seperti kertas hilang/basah/robek dan lain-lain. Jika hal tersebut terjadi maka pengelola ternak harus melakukan pendataan ulang. Hal tersebut sangatlah tidak efektif.
KTP Sapi adalah solusi bagi permasalahan diatas. Dengan menimplementasikan teknologi IoT (Internet of Things) menggunakan RFID untuk Manajemen Pendataan Peternakan dan Pengendali Suhu Serta Kelembapan Kandang Berbasis Web dan Android.
Pendataan dilakukan sejak sapi lahir dengan memberi RFID tagagar mempermudah pemantauan perkembangan hingga sapi menjadi indukan dengan bibit unggul. Selain pendataan sapi, kondisi yang harus diperhatikan agar tercipta bibit unggul diantaranya adalah suhu dan kelembapan kandang sapi. Kondisi ternak di daerah tropis dipengaruhi oleh iklim (Widi et al.,2008). Temperatur ideal untuk kandang sapi adalah 17C sampai 27C dan kelembapan ideal adalah 60% sampai 70%. Kelembapan yang terlalu tinggi akan menyebabkan tumbuh berkembangnya jamur sedangkan kelembapan terlalu yang rendah menyebabkan udara berdebu yang menimbulkan penyakit menular.(Ngadiyono,2012).
Selama ini suhu dan kelembapan kandang diukur dengan alat thermohygrometer. Alat tersebut dinilai kurang efektif karena masih memerlukan campurtangan  manusia  setiap  kali  dilakukan  pengukuran.  Maka  dari  itu diperlukan alat untuk memantau dan mengontrol suhu dan kelembapan secara otomatis menggunakan sensor DHT 11.
Dari permasalahan tersebut, perancangan KTP Sapi (Kartu Teknologi Peternakan Sapi) bertujuan untuk menjadi solusi manajemen pendataan sapi dan pengendali suhu serta kelembapan kandang secara online dan otomatis.
Dengan sistem tersebut memungkinkan pengelola untuk mensortir bibit unggul dengan tepat sesuai pendataan yang telah dilakukan semenjak kelahiran. Bibit unggul yang didapat dari peternakan akan dijadikan indukan untuk memproduksi sperma sapi unggul. Untuk mendukung produksi bibit unggul sapi, maka diperlukan pengendalian suhu kandang agar sapi tidak stress kemudian mati.
Sensor akan dipasang pada beberapa titik, kemudian sensor akan membaca suhu dan kelembapan kandang sapi secara realtimemelalui aplikasi android maupun website. Data hasil pembacaan sensor akan dikirim ke mikrokomputer (Raspberry Pi) untuk diproses. Apabila suhu dan kelembapan kandang diluar standar nyaman untuk sapi, maka mikrokomputer akan memberi perintah pada sprayer untuk menyemprotkan air dengan tujuan untuk mengembalikan kondisi suhu dan kelembapan yang sesuai standar nyaman untuk sapi.Â
Diharapkan, terciptanya prototipe alat yang dapat digunakan secara masal untuk mempermudah peternak sapi melakukan pendataan ternak dan pegendalian suhu serta kelembapan kandang secara otomatis, mempermudah peternak untuk menjual dan mendistribusikan ternak sapi dengan dukungan pendataan ternak dan dokumentasi yang lengkap serta mendukung target pemerintah mewujudkan swasembada daging sapi ditahun 2025 dengan menajemen pendataan ternak yang baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H