Mohon tunggu...
Halimah Rose
Halimah Rose Mohon Tunggu... Guru - Hidup akan lebih indah jika bermanfaat untuk orang lain

Sejatinya adalah seorang ibu rumah tangga yang mencintai keluarganya. Pekerjaan lain hanyalah sampingan sebagai wadah untuk selalu berproses.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Generasi Kedua Habibie

20 April 2021   08:13 Diperbarui: 20 April 2021   08:23 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

“Kenyataan hari ini adalah  mimpi kemarin dan mimpi hari ini adalah kenyataan hari esok. “ (Hasan Al-Banna)

“Da…da…Kapal minta uang … kapal minta uang… da…da….,” teriak Faiq  kecil yang  berlari sambil memandang ke langit. Tangannya melambai-lambai seiring deru mesin pesawat menjauh.

  • *  *  *

Tahun 2041

  • “Assalamualaikum, Mi. Abang kirim undangan di Whatsapp ya, Mi. Besok harus bisa hadir sama Abi,” ujar Faiq di ujung telepon.
  • “Undangan apa, Bang? “ tanyaku penasaran.
  • Belum sempat kalimat pertanyaanku berakhir, hanya ada tiiitt…tiiit…tiiit… di ujung sana.

Aku cuma bisa menghela napas dan beristighfar. Mungkin Faiq sedang terburu-buru. Jadi, tak sempat menjawab pertanyaan penasaranku. Memang, sudah enam bulan terakhir ini Faiq sering pulang larut malam. Bahkan, pernah hampir Subuh baru tiba di rumah. Proyeknya bersama timnya akan segera diresmikan.

  • Keesokan harinya.
  • Kututup sujud panjangku Subuh ini dengan rasa haru gembira. Tak sanggup menahan bulir bening yang selalu melesak membanjiri pipiku sejak  kiriman undangan itu kubuka. Undangan yang telah lama kutunggu-tunggu. Undangan yang telah lama kerap hadir dalam khayal dan mimpiku.  Khayal dan mimpi yang selalu memenuhi kepalaku dan kepalanya hingga ia mampu menginjakkan kaki di Negeri Tembok Berlin. Hingga akhirnya pula dia mampu mengabdikan dirinya untuk negeri tercintanya.
  • Kulipat mukena dan sajadah dengan cepat. Aku teringat pesanan Faiq untuk membawakan makanan kesukaannya. Ayam rica-rica dan dendeng daging sapi. Maklumlah, sudah enam bulan ini aku tak jumpa anak tertuaku itu. Sejak menjelang peresmian pesawat Bima N-250 sebagai purwarupa pesawat Gatot kaca N-250. Faiq ingin teman-teman insinyurnya di Bandung bisa mencicipi masakan Umi, harapnya saat itu.
  • Segera kurapikan barang bawaan menuju Bandung. Abi sudah sejak tadi memanaskan mesin mobil. Dua adik Faiq yang juga sudah berkeluarga pun sibuk  memandikan dan merapikan anak-anak mereka. Kami harus tiba di Bandung jauh sebelum waktu peresmian pesawat yang akan diadakan pukul 14.00 WIB. “Umi dan Abi  harus beristirahat di hotel dulu sebelum waktu peresmian, “ pinta Faiq dua hari lalu.
  • Setelah segalanya siap, dua Honda HRV pukul 08.00  WIB.  segera melaju menuju PT Dirgantara Indonesia. Perjalanan yang lancar dan menyenangkan. Kami tiba di Hotel   Intercontinental Bandung Dago Pakar yang berada tak jauh dari Bandar Udara internasional Husen Sastranegara. Kami tiba tepat pukul 10.00 WIB.
  • Setelah beristirahat di hotel, kami dijemput pihak bandara sebagai tamu VVIP. Tak sabar rasanya melihat hasil kerja keras putraku mewujudkan mimpinya. 
  • Masih lekat dalam ingatan ketika  bayangan kejadian masa lalu berkelebat dalam ruang benakku. Ketika itu,  Faiq berulang tahun yang ke-8. Dia membuat gambar pesawat yang lengkap. Dia tulis di sisi pesawat tersebut bagian-bagiannya. Entah dari mana idenya datang, aku hanya bisa berdecak kagum. Terlebih ketika  kutanyakan salah satu bagian menonjol yang diberi warna  merah.
  • “Ini bagian di belakang kokpit, Mi. Biasanya, kalau pesawat besar, ruang rahasia ini tempat untuk pilot beristirahat. Tapi ini aku buat untuk tempat istrihat Umi dan Abi,” jelasnya sambil menunjuk bagian yang dimaksud.
  • “Mi, di sini kayak di kamar hotel. Kasurnya dan bantal yang empuk. Ada kamar mandi sendiri. Kalau Umi sama Abi mau nonton TV, bisa. Ada kulkasnya. Nanti Abang isi banyak buah-buahan. Mau makan apa aja juga tinggal pesan, ya Mi, “ujarnya menambahkan.
  • “Nanti Abang mau bikin pesawat mirip Gatot Kaca N-250, Mi. Kalau  N-250 itu ada artinya. Huruf "N" pada N-250 artinya  Nusantara. Kalau angka 250 itu berarti isi pesawatnya, punya 2 mesin dan  muat 50 penumpang. Kalau Gatot Kaca diberi nama sama Pak Soehartu. Abang nggak kenal, Mi. Nah, pesawat ini nanti  dikasih nama Bima aja. Sama-sama  dari Indonesia. Jadi, Bima N-250. Begitu, Mi, “ jelas Faiq dengan riang.
  • Tak terasa kerudung merah mudaku basah oleh bulir bening yang telah memenuhi sudut mataku.
  • Hari itu adalah hari terbahagia dalam hidupku. Faiq telah berhasil mewujudkan mimpinya. Apalagi hari itu semua berjalan lancar. Dihadiri oleh Presiden dan Wakil Presiden. Air mata menderas tatkala terdengar mesin pesawat dinyalakan.
  • Merinding. Tegang. Haru. Bahagia. Semua rasa bercampur dalam jiwaku. Semakin gemuruh pesawat itu terdengar, semakin aku tak kuasa  menyaksikan kejadian menggetarkan siang ini. Aku berusaha mencari tangan Abi. Kugenggam erat tangannya untuk meyakinkan diriku bahwa aku tidak sedang bermimpi.
  • Semua orang yang menyaksikan kejadian siang ini berdecak kagum. Ketika itu, pesawat melaju dengan pelan, berputar arah, lalu bergerak  di landasan pacu. Deru mesin semakin kencang hingga lepas landas. Bima N-250 akhirnya mengangkasa.
  • Alhamdulillah, ya Allah. Engkau kabulkan mimpi Faiq dan mimpiku.
  • Semua yang hadir memberikan tepuk tangan untuk putra-putra terbaik bangsa. Insinyur-insinyur terbaik di bawah asuhan Dr. Ing. Aizar Faiq.

  • *  *  *

Tahun 2021

Ingatan kembali ke masa kecil Faiq kecil setiap hari. Walau dia sedang asyik dengan mainannya di dalam rumah, selalu telinganya cepat menangkap deru mesin pesawat saat melewati langit di atas gubuk kecil kami.

Faiq memiliki nama lengkap Aizar  Faiq. Usianya kini 11 tahun. Saat ini dia duduk di kelas 5 SD. Dia sangat menyukai permainan lego. Sejak usianya 3,5 tahun dia sudah banyak mengoleksi lego. Awalnya, dia hanya senang merakit lego berkarakter, seperti Lego Batman, Superman, Hulk, Polisi baik, Penjahat, Emmet, dan lain-lain. Mungkin karena tertantang untuk merakit lego yang lebih sulit, pada usia 4,5 tahun Faiq minta dibelikan lego yang berbentuk benda, seperti lego mobil, pesawat, robot, kapal, motor, dan lain-lain.

Ada lego bentuk yang menjadi favorit Faiq. Lego bentuk pesawat. Dia sangat menyukai bentuk ini hingga dia rela tak jajan atau membeli barang lain. Dia  menabung uang jajannya demi dapat membeli sebuah lego bentuk pesawat dengan berbagai model.  Ada helikopter, pesawat penumpang, pesawat jet, pesawat kecil, pesawat besar. Dia rela menghabiskan tabungannya hingga ratusan ribu demi dapat merakit lego bentuk pesawat.

Sejak saat itulah, Faiq sangat menyukai hal-hal yang berhubungan dengan pesawat. Salah seorang tokoh nasional yang mengharumkan nama Indonesia karena pesawat buatannya adalah Bapak Habibie. Hal ini kupernalkan kepada Faiq melalui berita-berita di internet yang kami cari. Kuceritakan pula perjalanan hidup Habibie hingga dia bisa menempuh Pendidikan di Jerman, membuat industri penerbangan seperti IPTN, tidak hanya terkenal di dalam negeri, tetapi juga harum namanya di luar negeri. Dialah Bapak Dirgantara Indonesia.

Saat dia kecil, kami pernah mengajaknya mengikuti kegiatan Habibie Festival di Museum Nasional pada 2016 lalu. Dia juga begitu  antusias ketika kami mengajaknya menyaksikan pameran Alutsista di Monas, 2018 lalu. Dia juga pernah meminta kepadaku untuk berpartisipasi dalam  penggalangan dana untuk mewujudkan proyek pesawat terakhir dari Habibie, yaitu pesawat R80. Dia ingin menyumbangkan tabungannya agar pesawat R80 bisa terbang pada tahun 2022 terwujud.

Faiq dan aku selalu menabung mimpi agar suatu saat di tahun 2041 Faiq yang membuat pesawat akan terwujud.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun