Mohon tunggu...
Halim Adrian Putra
Halim Adrian Putra Mohon Tunggu... Freelancer - S1 Ilmu Komunikasi Dan Penyiaran Islam

Pemerhati Sosial

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sudut Pandang

2 Mei 2023   20:40 Diperbarui: 6 Mei 2023   15:10 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Kompas.com

Tidak menunggu lama lagi pesta demokrasi 2024 di Negeri ini akan segera berlangsung. Bahkan jika kita mengamati perkembangan informasinya di media massa, sejak tahun ini (2023) nuansa tersebut telah kita saksikan, ditandai dengan berbagai dinamika serta manuver politik yang dilakukan oleh para tokoh-tokoh maupun unsur-unsur pendukung politik lainnya tanpa terkecuali juga generasi muda bahkan para emak-emak. 

Contoh manuver dan dinamika yang paling hangat dibicarakan tampaknya terjadi dalam pencalonan Presiden seperti ada trio partai Nasdem-Demokrat-PKS yang mengusung Anies Baswedan, ada pula kelompok emak-emak yang mendeklarasikan dukungan kepada Puan Maharani, kelompok muda-mudi yang mendukung Ganjar Pranowo, dan banyak lagi tokoh-tokoh Nasional lainnya tak kalah hangat dibicarakan seperti Prabowo Subianto, Gus Muhaimin, Andika Perkasa dan banyak tokoh lain yang digadang-gadang maju sebagai calon presiden maupun wakil presiden. 

Hal tersebut memang lumrah terjadi jika kita telisik pengertian Demokrasi menurut Presiden "Amerika Serikat ke-16 Abraham Lincoln: Democracy is goverment of the people, by the people, and for the people" (Demokrasi merupakan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat). Pengertian tersebut dapat diartikan bahwa seluruh rakyat memiliki hak yang sama untuk berperan dalam penyelenggaraan demokrasi tanpa terkecuali.

Beranjak dari pengertian tersebut pulalah maka wajar ketika mendekati kontestasi politik-demokrasi suatu negara, akan banyak elemen-elemen atau unsur yang akan menyertakan diri didalamnya dengan antusias bak pesta, baik perannya sebagai pelaku, pengusung, pendukung, pemilih, atau bahkan sebagai pihak pengkritik, karena apapun perannya, semua elemen atau unsur manusia dalam suatu sistem demokrasi merupakan rakyat dengan hak keterlibatan yang tentu kesemuanya berlandas pada aturan konstitusi negara. 

Jika sudut pandang dalam menilai tahun 2024 berasal dari arus opini publik yang populer saat ini, maka tentu kebanyakan orang akan menilai bahwa tahun itu merupakan pesta meriah demokrasi yang dalam hal ini tentu saja dibidang politik. Akan tetapi, jika memandang dari banyak kategori peminatan sumber daya manusia, "pesta" apapun mungkin saja akan berlangsung. Karena kategori peminatan setiap orang tidak hanya melulu tentang politik yang ramai dibicarakan itu saja, bagaimana dengan sektor lainnya yang tak kalah seru untuk dirayakan di 2024? seperti para kelompok ilmuan yang berhasil menemukan objek temuannya, kelompok akademisi yang meluncurkan karya bukunya, sekelompok mahasiswa yang wisuda, sekelompok masyarakat desa yang membangun wisata, bahkan ada pula seangkatan anak muda yang baru selesai menjalani pendidikan abdi negaranya (TNI, Polri, PNS, sejenisnya), dan tentunya banyak sektor non politik lainnya yang memungkinkan akan mengadakan perayaan dalam pencapaian dalam bidangnya di 2024.

Menurut KBBI sendiri, pesta dapat diartikan sebagai perjamuan makan minum (bersuka ria dsb); perayaan. Di dukung oleh pengertian tersebut, maka sudut pandang "Anti Mainstream" dari pesta demokrasi di tahun 2024 ialah tidak semata-mata menjadikan tahun itu sebagai perayaan demokrasi-politik saja. Tapi juga kategori lainnya yang juga layak untuk diaktualisasikan serta dirayakan di ruang publik.

Jangan berkecil hati jika merasa kurang berbakat dalam hal politik, bisa jadi bidang lainnya seperti dunia pendidikan, literasi, seni, sosial, pariwisata, olahraga, kuniler dan lainnya adalah tempat yang asyik untuk mengaktualisasikan diri. Mengutip dari https://podomorouniversity.ac.id/potensi-diri/ setiap orang lahir dengan potensi yang beragam dan semuanya mampu dikembangkan dengan menggalinya. Pertanyaannya apakah potensi tersebut telah ditemukan pada tahun ini? Jika belum, maka kesempatan untuk menggalinya ialah melalui belajar. Ketika ditemukan, maka kembangkan itu. Dan anggaplah tahun 2024 (terhitung satu tahun sejak sekarang) sebagai puncak untuk mengekspresikannya. 

Akhir kata, maksud dari tulisan ini ialah untuk mengajak semua khususnya generasi muda yang sedang mencari jati diri untuk mengenali potensi yang ada pada dirinya serta berani untuk mengaktualisasikan di ruang publik. Jangan membandingkan anugerah bakat orang lain dengan bakat diri sendiri karena setiap orang memiliki potensi tersendiri. Jika kebanyakan dari kita beranggapan tahun 2024 adalah pesta perayaan demokrasi-politik saja, maka pandangan kita mainstream, tapi jika kita beranggapan tahun 2024 adalah pesta perayaan untuk aktualisasi berbagai bidang peminatan, maka pandangan tersebut diartikan sebagai sudut pandang anti mainstream. Ya, semoga saja di Negeri ini banyak lahir generasi sumber daya manusia yang berkualitas, karena dengan sumber daya manusia yang berkualitas itu menandakan bangsa kita telah siap dalam menghadapi bonus demografi. 

Oleh: Halim Adrian Putra. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun