Dalam fenomena ini, ada tiga pelajaran  yang bisa diambil. Pertama, seperti halnya yang disampaikan oleh Anggota DPR RI, Mardani Ali Sera pada acara Catatan Demokrasi TV ONE, kejadian ini mestinya menjadi evaluasi bagi pemerintah supaya memperbaiki sistem yang ada. Munculnya fenomena Bjorka yang menerobos data pribadi pejabat menandakan masih lemahnya sistem pertahanan cyber di Indonesia. Mestinya ada perbaikan yang dilakukan.
Kedua, dari sisi aspirasi masyarakat, Bjorka telah bantu menyampaikan aspirasi masyarakat, seperti mengkritik kenaikan harga BBM, lalu ia juga mengkritik ketua DPR RI Puan Maharani yang merayakan ulang tahun ditengah aksi demo, dan beberapa tokoh lainnya seperti Menteri BUMN Erick Thohir, Gubernur DKI Anies Baswedan, dan beberapa pegiat media sosial tak luput dari kritikannya. Banyak yang mengartikan bahwa yang dilakukan Bjorka telah mewakili aspirasi masyarakat Indonesia. Terbukti dengan banyaknya dukungan netizen di berbagai platform media sosial kepadanya.
Ketiga, bisa jadi munculnya Bjorka ini merupakan upaya pengalihan isu terhadap kejadian besar di negeri ini yang sedang berlangsung yakni kasus pembunuhan Almarhum Brigadir J, dan kenaikan harga BBM yang baru saja ditetapkan pemerintah Indonesia.
Jangan Lupakan Isu Kejadian Lainnya!
Seyogiyanya kita harus tetap jeli dalam menerima isu kejadian yang beredar. Jangan sampai karena satu isu kejadian, kita lupa dari isu-isu kejadian lainnya yang juga memerlukan perhatian.
Siapakah Bjorka?
Mengakhiri tulisan ini, jika ditanya siapakah Bjorka? apakah aksinya tergolong koboisme atau heroisme? jawabannya, tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya karena ruang publik merupakan ruang penilaian terbuka. Sekian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H