Setelah sholat jum'at, seperti biasa maka diedarkanlah celengan/kotak amal untuk para jemaah jum'at yang mau berwakaf. Terserah jemaah berapa uang yang mau diwakafkan/disedekahkan yang penting ikhlas.
Tersebutlah orang yang bernama Amat. Orang terpandang dan kaya raya dikampungnya namun pelitnya minta ampun. Ketika celengan telah sampai didepannya, segera ia mengambil uang dikantung celananya. Dasar pelit bin kikir, Amat cuma berwakaf seribu rupiah.
Tiba-tiba dari arah belakang ada orang yang menyentuh pinggangnya. Amat pun menoleh kebelakang. Dilihatnya seorang kakek tua berpakaian lusuh tapi bersih mengasihkan uang seratus ribu kepadanya. Amat pun mengambil uang itu dan memasukannya kedalam celengan/kotak amal. Dalam hati Amat sangat malu dengan kakek itu. Walaupun miskin tapi mau berwakaf lebih besar dari dirinya yang lebih dari sekedar mampu.
Ketika sholat jum'at telah benar benar bubar Amat pun mendeketi kakek tua yang baru saja menyelesaikan sholat sunat bakda jum'at dua rakaat. Amat langsung menyalami dan mencium tangan kakek itu.
"Saya sangat terharu sama kakek. Walaupun kurang mampu tapi mau berwakaf dalam jumlah yang sangat besar. Tidak seperti saya yang hanya berwakaf ala kadarnya," kata Amat dengan mata berkaca kaca penuh haru.
"Siapa yang berwakaf seratus ribu? Itu tadi duit anak yang jatuh ketika anak merogoh kantung celana," kata kakek tua itu sambil bangkit dari duduknya dan meninggalkan Amat seorang diri.
Amat cuma bisa melongo sambil garuk garuk kepala.[caption id="attachment_173249" align="aligncenter" width="300" caption=""][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H