Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang menekankan pada kebebasan individu, tanggung jawab pribadi, dan pengalaman subjektif sebagai inti dari keberadaan manusia. Aliran ini berfokus pada keberadaan manusia secara konkret (eksistensi) daripada esensinya, dengan menyoroti pentingnya kebebasan untuk menentukan makna hidup sendiri di tengah ketidakpastian dunia.
Terminologi dalam Eksistensialisme:
1. Eksistensi mendahului esensi
Konsep ini menyatakan bahwa manusia lahir tanpa tujuan atau makna yang telah ditentukan sebelumnya. Manusia harus menciptakan esensinya sendiri melalui tindakan dan pilihan hidup.
2. Kebebasan dan tanggung jawab
Eksistensialisme menekankan bahwa manusia memiliki kebebasan mutlak untuk memilih, tetapi kebebasan ini disertai tanggung jawab penuh atas konsekuensi dari pilihan tersebut.
3. Kecemasan (angst)
Merujuk pada perasaan cemas atau takut yang muncul ketika seseorang menyadari kebebasan dan tanggung jawab eksistensialnya.
4. Keotentikan (authenticity)
Hidup secara otentik berarti menjalani hidup sesuai dengan nilai dan pilihan pribadi, bukan mengikuti tekanan sosial atau norma yang dipaksakan.
5. Absurd
Mengacu pada ketegangan antara keinginan manusia untuk mencari makna dan kenyataan bahwa alam semesta tidak memiliki makna bawaan.
Tokoh-tokoh Pemikir Eksistensialisme dan Pemikirannya:
1. Søren Kierkegaard (1813–1855)
Dikenal sebagai "bapak eksistensialisme."
Menekankan pentingnya iman, pilihan, dan tanggung jawab individu dalam menghadapi ketidakpastian kehidupan.
Konsep penting: lompatan iman (leap of faith), yaitu keputusan untuk percaya meskipun ada keraguan.
2. Friedrich Nietzsche (1844–1900)
Mengembangkan konsep "kematian Tuhan" sebagai metafora bahwa nilai-nilai tradisional telah kehilangan relevansinya.
Mendorong manusia untuk menciptakan nilai dan makna hidupnya sendiri melalui ideal Ãœbermensch (manusia unggul).
3. Jean-Paul Sartre (1905–1980)
  Filsuf terkemuka eksistensialisme ateistik.Mengemukakan bahwa manusia "dikutuk untuk bebas," yaitu harus membuat pilihan dalam dunia tanpa makna bawaan.
Karya penting: Being and Nothingness.
4. Albert Camus (1913–1960)
Fokus pada konsep absurditas, yaitu konflik antara kebutuhan manusia akan makna dan ketidakpedulian dunia.
Solusi Camus terhadap absurditas adalah penerimaan dan pemberontakan, seperti diuraikan dalam The Myth of Sisyphus.
5. Martin Heidegger (1889–1976)
Menekankan analisis eksistensial tentang keberadaan manusia (disebut Dasein).
Fokus pada keterbatasan waktu dan bagaimana manusia dapat menjalani hidup secara otentik.
6. Simone de Beauvoir (1908–1986)