Mohon tunggu...
Munawar Khalil
Munawar Khalil Mohon Tunggu... Insinyur - ASN, Author, Stoa

meluaskan cakrawala berpikir, menulis, menikmati kehidupan yang singkat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Observasi Teleskop James Webb dan Kemungkinan Kehidupan di Planet Lain

21 Agustus 2022   00:22 Diperbarui: 21 Agustus 2022   00:28 1706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: Liputan6.com

Salah satu teknologi paling mendebarkan dan digadang-gadang akan mengubah pengetahuan manusia, adalah saat diluncurkannya Teleskop Luar Angkasa James Webb pada 25 Desember 2021 lalu. Teleskop ini dikenal dengan nama JWST. Setelah memerlukan waktu beberapa bulan, ia berada pada orbitnya 1,5 juta kilometer dari Bumi dan langsung bekerja mengobservasi semesta.

JWST mempunyai kualitas tangkapan jauh lebih baik dibanding Teleskop Hubble yang telah lebih dulu beroperasi mengobservasi interstellar dan galaksi. Tugas utama JWST, mengamati mundur pembentukan semesta semenjak big bang, sekitar 13,7 miliar tahun yang lalu. Kelebihan teleskop ini mampu melakukan pembesaran dan menghasilkan gambar secara sangat detail dalam jarak jutaan tahun cahaya.

Beberapa pengamat atau ahli astronomi sebelumnya mengatakan bahwa kemungkinan adanya kehidupan di planet lain bisa saja terjadi. Tapi karena jarak antar planet bahkan galaksi yang sangat jauh, kita tidak bisa mengamati apalagi berinteraksi dengan makhluk-makhluk tersebut. Singkatnya, kita tidak bisa saling mencapai, karena tidak ada alat transportasi berbentuk materi saat ini yang berkecepatan cahaya.

Ketika teleskop James Webb ini mulai beroperasi ia terus menghasilkan foto-foto luar biasa hasil tangkapan kamera di beberapa galaksi dengan jarak jutaan tahun cahaya. Apakah itu galaksi yang baru lahir maupun yang tengah mengalami peleburan. Terakhir beberapa waktu lalu JWST baru saja berhasil memotret galaksi tertua di semesta yang disebut dengan GLASS-z13. Galaksi kuno ini memiliki massa sebesar satu miliar massa matahari.

Dengan kemampuan capaian tangkapan teleskop yang sangat jauh, maka proposisi yang menyatakan kita tidak bisa melihat adanya kehidupan planet di galaksi lain dalam beberapa waktu mendatang tampaknya akan terkoreksi. Pertanyaannya, apa yang terjadi jika JWST nanti berhasil menangkap detail kehidupan di suatu planet lain dengan peradaban dan teknologi yang misalnya jauh lebih tinggi dari kita manusia bumi? Tentu akan sulit kita bayangkan.

Namun ada satu hal yang cukup menghibur. Menurut beberapa pengamat, jika peradaban dan teknologi penduduk exoplanet ini jauh berada di atas kita, mereka tidak akan mengganggu. Kecuali kehidupan mereka sudah melewati batas mortalitas/kematian. Setengah tubuh makhluk hidup, setengahnya robotik.

Pertama, karena jarak yang jauh. Kedua, mereka menganggap kita hanyalah sekedar makhluk kuno yang secara keamanan bukanlah ancaman serius dan tidak begitu penting. Jadi kita hanya saling mengamati. Yang terganggu nanti sedikit banyaknya mungkin; masalah spritualitas saja.

Seperti yang kita ketahui, beberapa skriptural tertentu bercerita kehidupan sebatas di bumi, kecuali sesudah mati. Hal ini akan mengulang kembali bagaimana teleskop Galileo pada tahun 1600-an berhasil menangkap pergerakan bumi yang mengelilingi matahari dan mematahkan cerita pada beberapa skriptural yang mengatakan sebaliknya. Bedanya, ketika JWST sudah memotret jutaan tahun cahaya (1 tahun cahaya = 9,4 trilyun kilometer) kita di bumi masih sibuk mengamati kemunculan bulan yang hanya berjarak sekitar 384 ribu kilometer dari Bumi atau 1,29 detik cahaya (cahaya merambat dengan kecepatan 299.000 km/detik).

Boleh jadi, akan muncul tafsir baru berbasis 'illat' dari beberapa skriptural tersebut tentang adanya kehidupan di planet lain dengan diksi dan interpretasi bersifat revisi. Sebab, seperti kata salah satu sarjana revisionis dalam kajian sejarah agama, produk tafsir yang kita anut saat ini mempunyai karakteristik menonjol dengan adanya penafsiran ulang dan terus menerus oleh para mufassir, baik berupa penegasan maupun revisi atas tafsir-tafsir lama yang bersifat otoritatif.

Sungguh, kehidupan kita ini sangat-sangat kecil ya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun