Kerajaan Saudi Arabia baru-baru ini berhasil memecahkan problem beratnya perjuangan jama'ah haji untuk mencium dan menyentuh Hajar Aswad. Mereka berinisiatif kegiatan tersebut bisa dilakukan menggunakan metode virtual reality dengan teknologi terbaru. Bahkan Sheikh Abdul Rahman Al Sudais, sebagai Kepala Kepresidenan Urusan Dua Masjid Suci menekankan pentingnya simulasi dari rencana tersebut.
Teknologi yang digunakan kemungkinan adalah platform Metaverse-nya Facebook yang sejak awal menjadi pionir dari gagasan interaksi virtual tapi nyata ini. Dan sekarang mereka memang terus mengembangkan platform ini agar sempurna saat diluncurkan.
Ketika jama'ah tidak tertampung mengingat luasan masjid yang sudah overload, ditambah daftar antrian yang semakin memanjang untuk melaksanakan ibadah haji, saya memprediksi 5-10 tahun akan datang rukun haji total termasuk umroh bisa saja dilakukan tanpa harus datang ke kota Makkah dan Madinah.
Kenapa? karena teknologi komunikasi Metaverse sudah bisa mengakomodir pelaksanaan ibadah tersebut. Bahkan kabarnya, Metaverse yang sekarang tengah disempurnakan menjanjikan gambaran virtual yang lebih baik dari dunia nyata saat ini.
Ini yang berulang kita sampaikan sebelumnya. Bahwa revolusi teknologi informasi berbasis saintifik akan mengalami loncatan yang luar biasa saat dipicu oleh pandemi hampir 2 tahun yang lalu. Tidak ada yang bisa kita hindari.
Ilmuwan-ilmuwan tidak pernah berhenti menciptakan tool untuk berinteraksi tanpa harus adanya kehadiran fisik yang menguras waktu, energi, dan biaya. Coba perhatikan, aplikasi zoom meeting saja saat ini sudah mulai terbiasa kita gunakan walaupun pandemi sudah menurun.
Pola interaksi, pola kerja, pola belajar, bahkan akan menyentuh dan merubah juga pola- pola ibadah. Kekakuan beberapa manhaj yang keras dan tekstual yang mengusung platform; karena Nabi mengerjakannya dan tidak mengerjakannya, hampir bisa dipastikan akan bergeser, dan tentu saja akan lebih moderat/wasathiyah di masa-masa yang akan datang.
Mengenai hukumnya, kita tunggu diskursus dan perdebatan selanjutnya. Kemungkinan konfliknya tidak terlalu kuat. Karena yang punya gagasan dan kebijakan Saudi sendiri sebagai tuan rumah, tamu tentu saja tidak punya pilihan.
Dan sebagai negara dengan manhaj Wahabiyah, di tangan Mohammad bin Salman, Saudi tampaknya akan terus dibawa jauh menuju loncatan-loncatan menembus batas primordial yang selama ini sangat ketat dijaga oleh mayoritas penduduk di negara ber-'platform' agama.