Mohon tunggu...
Halimah Sa'diyah
Halimah Sa'diyah Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Komunikasi Penyiaran Islam UIN Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menanti Jakarta Baru

17 Oktober 2012   03:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:46 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1350444201492595928

Saya adalah seorang pengguna transportasi umum sejati. Saya sudah akrab dengan hampir semua transportasi umum, mulai dari angkot, bus, kopaja, busway. Alasannya, selain karena murah tentunya,  karena saya tidak bisa mengendarai motor, dan juga belum punya mobil pribadi. Maka tidak ada pilihan lain bagi saya kecuali naik transportasi umum

Bagi orang seperti saya, naik transportasi umum itu bagai buah simalakama. Pasalnya semua orang tahu, transportasi umum di Jakarta buruknya bukan main. Sumpek, panas, berdesak-desakan, sering ngetem, ditambah ancaman copet dimana-mana. Ingin hati naik taksi agar lebih nyaman, apalah daya jika uang pas-pasan.

Gambaran transportasi umum di Jakarta

Sehari-hari, saya biasa menggunakan Koantas Bima 510, sejenis kopaja, jurusan Kp.Rambutan-Ciputat untuk menuju kampus. Ongkosnya hanya 2500 rupiah. Semua orang tahu 510 kejamnya luar biasa bila di jam-jam sibuk. Kenek tak ragu memasukkan terus penumpang meski bis sebeneranya sudah penuh sesak, sampai penumpang harus bergelantungan di pintu bus. Penuh sesak oleh lautan manusia di dalam bis yang sempit tak kalah menyiksa rasanya. Sudah pasti panas, terkadang badan sakit karena berdesak-desakan, kaki terinjak-injak, terkadang sampai susah bernapas, dan kalau lagi sial bisa tercium aroma tidak sedap dari orang yang memiliki masalah bau badan. Bahkan, yang lebih parahnya adalah sering terjadi kejahatan seksual di bis.

Jika dalam situasi seperti itu, perjalanan dari ciputat-kp.rambutan terasa sangat panjang. Belum lagi kalau jalanan sedang macet, maka siksaan itu makin lama saja saya rasakan. Saya harus berjuang agar tetap bisa berdiri tegak di dalam bis, dengan tangan berpegangan ke besi, dan tangan satunya membawa tas. Saking penuh sesaknya 510, beberapa kali saya naik bis ada penumpang yang pingsan, yang umumnya wanita.

Itu hanya sekelumit gambaran dari buruknya sistem transportasi di Jakarta. Maka saya rasa wajar jika orang yang berduit, lebih memilih menggunakan mobil pribadi untuk bepergian kemana-mana karena lebih nyaman dan aman, meski konsekeunsinya akan semakin memperparah macet. Faktanya sebagian besar penduduk Jakarta saat ini lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan dengan naik tranpsortasi umum. Hal ini tentu berakibat pada semakin padatnya jalan-jalan di Jakarta.

Bagi saya pribadi, macet bisa membuat mood saya jadi jelek seketika. Bayangkan berapa banyak energi dan waktu kita habis hanya untuk di jalanan. Beberapa kali juga saya temukan di jalanan orang-orang yang bersitegang pada saat jalanan macet, penyebabnya sama-sama tidak mau mengalah ingin cepat sampai tujuan.

Mengurai macet di Jakarta memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena persoalan macet ini bukan saja karena sistem yang buruk, namun juga budaya masyarakatnya. Sebaik apapun sistemnya bila perilaku masyarakatnya tidak tertib maka akan sia-sia.

Saya, dan tentu semua warga Jakarta, memiliki harapan besar pada Gubernur DKI yang baru saja dilantik, Joko Widodo, agar bisa menyelesaikan masalah ini. Rencana kerja Jokowi yang akan menambah jumlah transportasi umum massal seperti busway, baiknya jangan hanya dari segi kuantitas, namun juga kualitas. Kalau tranposrtasi di Jakarta nyaman, aman, dan terkordinir dengan baik, saya rasa orang-orang akan beralih ke transportasi umum, dengan begitu maka macet akan berkurang. Semoga

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun