Mohon tunggu...
Haliemah Noor Qathrunnada
Haliemah Noor Qathrunnada Mohon Tunggu... Freelancer - CPM

Keep smart

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menukil Ayat Kesetaraan

17 Juli 2024   21:26 Diperbarui: 17 Juli 2024   21:35 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Memahami ayat-ayat Al-Qur'an adalah sebuah upaya manusia mendekat kepada Tuhannya, dengan selalu berusaha menukil makna teks firman Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Begitu halnya dengan memahami ayat-ayat yang berkenaan dengan relasi antara laki-laki dan perempuan, sebuah fenomena sosiologis yang meregenerasi peradaban serta munculnya sebuah pertanyaan: "Mengapa laki-laki dan perempuan terlahir di dunia ini pada derajat yang sama sebagai manusia, namun terbedakan secara sosial?".

Sebuah ayat yang dipahami secara parsial oleh pembacanya akan berdampak pada pembentukan afeksi yang misogini terhadap perempuan. Q.S. An-Nisa:4 menyebutkan "Arrijaalu Qowwaamuuna 'Alannisa", sebuah ayat yang mensejajarkan antara kedudukan arrijaalu dan annisa' dengan adanya hubungan kata qowwaamuuna. Menukil kata qowwaamuuna dengan beragam makna, yakni meluruskan, melindungi dan memperbaiki yabg diambil dari asal kata qowwama sebuah kata kerja yang memiliki objek kata arrijaalu dan an-nisa. Dari sini dapat dipahami bahwa laki-laki dan perempuan memiliki peran kesalingan untuk saling meluruskan dalam konteks "ihdinaashirothol mustaqiim" yakni berjalan di atas jalan yang dikehendaki oleh Allah SWT.

Menelisik ayat ini dari paradigma kesetaraan menjadi sebuah keyakinan akan rahmat Tuhan kepada segenap hamba-Nya, bahwa tiada perbedaan manusia di hadapan Tuhan melainkan sisi ketakwaan kepada-Nya. Membacanya dari sisi lain yang mencoba menelusuri objek kalimat dari kata kerja qowwaamuuna yang mensejajarkan dua insan dari kaum laki-laki dan perempuan oleh Allah SWT.

Kelebihan seseorang menjadi peluang penutup kekurangan individu lainnya, bahwa komplementer antara sesama bersifat kesalingan manusia sebagai makhluk sosial. Dan konsep rizki pun Allah SWT terangkan dalam ayat bimaa anfaquu min amwaalihim, karena sejatinya pemberian harta yang diinfakkan oleh manusia adalah sebagai jembatan silaturrahmi antara sesama dalam menikmatinya. Maka keberkahan itu dijemput bersama dalam membangun pranata sosial yang efektif. Wallaahu A'lam Bishowaab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun