Mohon tunggu...
Halena Moktika Chairani
Halena Moktika Chairani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa Universitas Airlangga yang hobi membaca novel.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Tindakan Preventif dan Represif terhadap Wabah Mpox bagi Kesehatan Masyarakat

2 Oktober 2024   12:31 Diperbarui: 2 Oktober 2024   12:58 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Cacar monyet atau monkeypox, lebih dikenal mpox, merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh virus genus Orthopoxvirus. Virus ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 1958 ketika monyet asal Singapura yang sakit dibawa ke laboratorium di Denmark. Mpox awalnya merupakan wabah endemik di benua Afrika. Kasus pertama manusia yang terinfeksi ditemukan pada seorang anak di Kongo tahun 1970. Namun, penyakit cacar monyet tersebut mulai merebak di luar benua Afrika, yaitu Inggris pada 7 Mei 2022 lalu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pernah mengategorikan mpox sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC), yaitu suatu peristiwa kesehatan yang serius dan dapat menyebar secara global sehingga memerlukan tindakan penanganan cepat. Hingga 26 September 2023, tercatat 90.618 kasus dengan 157 kematian yang dilaporkan dari 115 negara. Di Indonesia, hingga minggu ke-51, dilaporkan 71 kasus dengan 56 kasus di antaranya telah sembuh (Suparno et al., 2024).

Menurut Kemenkes RI (2023) penyakit ini dapat bersifat ringan dengan gejala yang berlangsung sekitar 2-4 minggu tetapi juga berpotensi menjadi parah hingga menyebabkan kematian. Penularan pada manusia terjadi melalui kontak langsung dengan orang atau hewan yang terinfeksi dan melalui benda yang terkontaminasi virus. Penyebarannya dapat terjadi melalui droplet, cairan dari lesi atau ruam kulit, dari ibu ke janin melalui plasenta, serta melalui hubungan seksual. Gejala mpox meliputi demam, sakit kepala hebat, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit tenggorokan, hidung tersumbat, batuk, dan ciri khasnya adalah munculnya ruam atau lesi pada kulit.

Pemerintah memerlukan strategi dalam menangani wabah agar tidak semakin menyebar dan memakan korban jiwa lebih banyak. Langkah-langkah preventif atau pencegahan dan represif atau penanganan dengan tepat dapat menekan kenaikan kasus mpox. Salah satu langkah paling efektif adalah dengan vaksinasi cacar yang dapat diberikan dalam waktu 2 minggu setelah seseorang terpapar hewan atau manusia yang terinfeksi tanpa menggunakan alat pelindung diri, dengan waktu ideal sebelum 4 hari. Vaksinasi ini memberikan perlindungan sebesar 85% terhadap infeksi virus cacar monyet dan mengurangi risiko terjadinya komplikasi (Kuncoro., 2023). Pemberian vaksinasi lebih diutamakan untuk orang-orang yang sering terpapar virus seperti tenaga kesehatan.

Langkah selanjutnya adalah edukasi terhadap masyarakat akan pencegahan mpox dengan selalu menerapkan PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat) dan menerapkan protokol kesehatan. Hal tersebut berdampak besar terhadap kesehatan masyarakat karena dapat menghilangkan droplet infeksi virus yang mungkin tidak sengaja menempel di tubuh. Selain itu, mpox memiliki kaitan erat dengan hewan yang menjadi reservoir penyakit, seperti tikus dan hewan pengerat lainnya. Mencegah penularan virus dari hewan ke manusia sangatlah penting. Oleh karena itu, pengendalian populasi hewan liar dan menjaga jarak antara manusia dengan hewan yang berpotensi terinfeksi perlu diterapkan.

Strategi pencegahan dan penanganan wabah memerlukan langkah-langkah bijak terpadu yang melibatkan partisipasi aktif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat luas. Penerapan protokol kesehatan adalah salah satu langkah besar yang dapat mencegah penyebaran penyakit mpox. Melalui deteksi dini, isolasi yang efektif, serta kerja sama dengan organisasi-organisasi kesehatan dunia diharapkan dapat menekan angka penyebaran virus.

Referensi :

Gumandang, H.P., 2022. MONKEYPOX DISEASE: WABAH MULTI-NASIONAL. Jurnal Kesehatan Saintika Meditory, 5(1), pp.30-36.

Kuncoro, C.S., 2023. Monkeypox: Manifestasi dan Diagnosis. Cermin Dunia Kedokteran, 50(1), pp.11-15.

Suarayasa, I.K. and mazmur Kristoper, O., 2023. Mekanisme Penyebaran Cacar Monyet dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. SEHATMAS: Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat, 2(1), pp.28-34.

Suparno, S., Yunita, J. and Fitri, Y., 2024. KESIAPSIAGAAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II DUMAI DALAM MENGHADAPI RISIKO WABAH PENYAKIT MONKEYPOX (Mpox) BULAN DESEMBER 2023. Ensiklopedia of Journal, 6(2), pp.336-343.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun