Mohon tunggu...
Hala Santama
Hala Santama Mohon Tunggu... -

Tidak ada hubungan dengan Pak John Lenon

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tragedi "Apriyani" Akan Terulang Lagi

26 Januari 2012   10:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:26 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembunuhan maut oleh supir mabuk masih akan selalu terjadi apabila pemerintah tidak pernah serius memberikan perlindungann kepada warga. Setelah tragedi mobil yang merenggut nyawa sembilan orang, beberapa pihak mulai menggulirkan pemeriksaan urine pengemudi angkot, untuk mengantisipasi adanya supir yang mengonsumsi narkoba. Lucu dan mirip dagelan, sebab bagaimana petugas melakukan ini kepada semua supir? Dan berapa hari? Kalau satu hari, besok lusa sopir bisa minum sabu-sabu, misalnya.

Memang aneh-aneh saja ulah pejabat di negeri ini. Kalau mau melindungi warga dari musibah jalanan, setiap hari, 24 jam, petugas hari stand by di jalan-jalan. Tindak pengemudi yang ugal-ugalan, ngebut, dan balapan dengan sesama bis. Sudah biasa di Jakarta angkutan umum saling berlomba untuk mengejar setoran. Dan banyak pengemudi yang melajaukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi, dan membahayakan orang lain. Biasa pengendara mobil apalagi motor (tukang ojek) melawan arus di jalanan ramai. Nah kalau mau melindungi pengguna jalan yang baik-baik, segera tindak semua pengemudi yang tidak benar itu. Jangan tunggu ada korban baru sibuk mengetes urine supir. Itu bodoh namanya.

Nasib pejalan kaki di kota-kota memang sangat mengerikan. Bayangkan, trotoar bukan lagi untuk jalan kaki, namun menjadi tempat berdagang. Pejalan kaki harus turun ke aspal, ke jalan raya karena jalannya diserobot menjadi tempat gerobak orang berjualan. Bila ada pejalan kaki yang terserempet mobil dan tewas karena tidak berjalan di trotoar (karena dipenuhi warung tenda), mungkin pengelola kota akan ribut dan menertibkan trotoar. Tapi ini hanya untuk beberapa hari, setelah itu akan kembali sepeerti semula. Padahal, trotoar itu harus steril sepanjang masa.

Dan kondisi trotoar di kota-kota besar juga kurang memberikan rasa aman, sebab kebanyakan cuma beberapa senti lebih tinggi dari jalan, sehinngga mudah bagi kendaraan yang dikemudikan orang "mabok" untuk menyelonomg. Idealnya, trotoar itu harus lebih tinggi, supaya kendaraan tidak bisa menerobos.

Nah, apakah opemerintah berhasrat memberikan perlindungan kepada rakyat dengan membenahi sarana dan prasana lalu-lintas, menindak tegas pengguna jalan yang berlaku seenaknya? Mari kita lihat.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun