Mohon tunggu...
Zulfikra Zulfikra
Zulfikra Zulfikra Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Traveling addict who believe that every places are reachable also a dream chaser!

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ngidam= Sakau

1 Maret 2010   07:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:40 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Awalnya sih dari presentasi tugas kelompok sebuah mata kuliah. Tepatnya saat giliran kelompok saya yang mempresentasikan sebuah proposal program radio yang mengangkat tema traveling. Kurang lebih lima belas menit sudah si presenter mempresentasikan proposalnya. Dan sudah waktunya untuk negosiasi dan koreksi, di tengah sejumlah masukan dari sang dosen, dia bercerita tentang pengalaman travelingnya ke Solo. Entah berniat sombong atau tidak, dia bercerita kalau pleseiran dia ke Solo waktu itu cuma untuk makan nasi liwet tanpa agenda lainnya. Sedikit bercerita tentang perjalanannya, dia bilang kalau hari itu dia berangkat menggunakan kereta api pramexs (prambanan express), dengan tiket seharga tujuh ribu rupiah (waktu itu, sekarang delapan ribu). Sampai di Solo ia langsung mencari pedagang nasi liwet, singkat cerita ia menemukannya dan habislah seporsi nasi liwet. Setelah itu, dengan santainya dia bilang, “habis makan nasi liwet, saya balik lagi ke Jogja” Wow, jauh - jauh ke Solo cuman untuk makan nasi liwet.

Sepintas ide itu kedengaran congkak atau apalah, tapi kok jakun saya jadi terasa turun naik ya, mendengar cerita sang dosen. Kelas hari itu berakhir, tapi cerita makan nasi liwet di Solo makin hangat di benak saya, bahkan lebih hangat dari nasi liwet mungkin. Jadilah saya teringat terus sama nasi liwet, ditambah lagi seumur – umur saya belum pernah makan nasi liwet waktu itu. “gue harus ke Solo, gue pengen makan nasi liwet” batin saya. Entah kebetulan atau memang udah takdir saya ga tahu, di akhir pekan ternyata saya punya schedule plesiran bareng dua travelmate saya tercinta, ecy funky rasa leci dan permana bocor rasa kopyor (nama on air mereka di radio kampus), namun destinasi yang berbeda mebuat saya harus merayu mereka untuk bisa merubah sedikit rute perjalanan kami. Rute yang tadinya Jogja-Jakarta berubah jadi Jogja-Solo-Jakarta. Singkat cerita saya berhasil membujuk mereka.

Tiket sudah di tangan, saatnya naik kereta. Jogja-Solo serasa jauh sekali karena pengaruh bayang – bayang nasi liwet. Namun itu tak mempengaruhi niat saya untuk hunting nasi liwet yang telah saya idamkan semenjak beberapa hari yang lalu. Kesabaran saya yang sedikit emosional terobati, si volcom berhasil menginjak tanah Solo. Waktunya melampiaskan nafsu (nafsu makan maksudnya).

Areal pedestrian di sepanjang jalan Slamet Riyadi Solo memang sudah disulap oleh Pemkot setempat dengan sangat apik. Ikon City Walk Solo ini memanjakan para pejalan kaki seperti kami ini untuk terus menelusuri jalan itu. Ngidam nasi liwet membuat saya tidak tahaun untuk berjalan pelan, tungkai saya selalu memberi sugesti untuk berjalan secepat – cepatnya. Berharap menemukan pedagang nasi liwet di sepanjang areal pejalan kaki di jalan Slamet Riyadi tersebut. Tapi yang namanya banci kamera, memang ga pernah tahan kalau melihat spot yang bagus dikit. Setiap ada kesempatan setiap itu pula lensa kamera bekerja.

Tak terhitung sudah berapa langkah kami berjalan, sudah berapa meter kami melangkah, kok kami belum juga menemukan pedagang yang kami cari ya. Langkah tegap kami yang pasti kian lambat, ditambah terik matahari yang kian menggigit. Persediaan bahan bakarpun menipis. Sesegara mungkin kami mencari minimarket untuk menambah bahan bakar. Beberapa franchise minimarket terkenal di Indonesiapun kami lewati, bukan karena ga kelihatan, tapi karena kami punya minimarket favorit di Solo. Sebuah minimarket lengkap dengan warnet ditambah suasana yang cozy banget.

Persediaan kembali full, ditambah lagi status Facebook yang udah di-update, tapi pedagang nasi liwet yang kami cari belum juga ketemu. Saya yang ngidam semenjak beberapa hari yang lalu kian sakau, plus jadwal makan siang yang sudah waktunya. “Oh nasi liwet, dimana dirimu?” Jangan menyerah, semangat. Tapi kami sudah sampai di ujung jalan Slamet Riyadi, tak satupun kami temukan pedagangnya.

Jadwal makan siangpun telah lewat, kami capek, kami lelah. Di tengah keputus asaan, muncul ide cemerlang untuk mencari nasi liwet di food court di SGM (Solo Grand Mall), siapa tahu ada yang jualan. “Biasanya kan ada yang jualan jajanan pasar di food court” Jadilah kami berputar arah untuk kembali ke jalan yang telah kami lewati tadi. Singkat cerita, kami sampai di SGM, tapi mimpi buruk kembali terulang. Kami tak menemukannya, saya yang ngidam kian sakau. Namun apa daya, perut yang sedari tadi sudah berdendang dan pencarian yang tak kunjung usai, akhirnya kami memutuskan untuk menyerah dan mengubur keinginan untuk makan nasi liwet.

Meski tidak mendapatkan apa yang kami inginkan, perut kami tetap kenyang. Mataharipun sudah mulai redup, kami memutuskan untuk kembali ke stasiun Purwosari untuk membeli tiket kereta ekonomi ke Jakarta malamnya. Di tengah perjalanan, saya, Ecy dan Permana tak henti – hentinya mentertawakan kesialan kami hari itu. Di perjalanan menuju stasiun kami bercerita banyak, ketawa – ketiwi, diam, ngobrol. “Biasanya, kalau kita udah ga nyari – nyari lagi kayak gini, kita bakal nemuin apa yang kita cari tadi nih,” celetuk kami. Benar saja, kurang lebih lima puluh meter di depan kami, tertulis dengan jelas “NASI LIWET” Damn, ternyata yang jualannya baru buka sore hari, dan yang bikin kami tambah merasa sial adalah, lapak penjualnya ternyata ga jauh dari tempat kami start. Kemudian yang menjadi masalah sekarang adalah, perut kami yang sudah kenyang. Tapi, demi memenuhi hasrat, kami tetap makan nasi liwet sore itu, satu porsi untuk bertiga. :-] (Published : Halamanberikutnya)

NB : It isn’t the destination, it’s the journey

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun