Mohon tunggu...
Hakunna Matata
Hakunna Matata Mohon Tunggu... Jurnalis - adalah Sosok uniq yang belum ada tandingan , namun dengan segala kekurangan terpaksa selalu kalah dalam perang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

aquarius

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Orang Gila Jalanan Tanggung Jawab Siapa, Lintas Treatment dan Korelasi Antar Generasi

29 November 2021   11:25 Diperbarui: 29 November 2021   11:46 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
illustrasi saja (dkpri)

Cerita hanya cerita saja pagi ini Tokoh agama dari daerah kami mas AG  ceritakan  tentang  Lintas generasi dalam menanggapi cacat Pikir dan kecelakaan dampak cacat Pikir tersebut , seperti pada Kejadian Kecelakaan di mbothok  di depan Botok ayu pagi ini ,ternyata  yang tertabrak adalah  Orang tidak waras alias berkebutuhan Khusus , karena kalau pagi pagi begini Orang orang beginian pasti akan mendatangai warung warung utnuk meminta santuanan ,apa yang terjadi  eh tiba tiba , dia ditabrak dan kecelakaan , dimana di  selatan Warung poisi Tambal Jok dan ban   itu  apa yang terjadi  diminumi  dan langsung njenggelek  , mengejek , dan terkapar , namun tak terjadi juga ,  pernytaan yang keluar dari mulut mereka  , kamu ini dari mana mau kemana ? 

sebuah pertanyaan Filosophis , mana ada orang gila Bisa menjawab pertanyan selain Dua kata itu  " aku ini ape neng endi , Kulo iki ape teng pundi, kulo niki saking Pundi , kuklo Niki sinten ? aku iki neng endi aku pak , kulo niki teng pundi jadinya udan nggejeboh ," kata jawabnan tanpa pertanyaan . Kejadian  sudah laporan ke Polsek, dan segra ndang ke Lokasi , kelihatannya para Polisi wegah beranjak mengingat Posisi jalan Hujan deras dan Banjir  barangkali  eman Mobil polisi untuk dibawa dinas  keluar  baru saja di kumbah , dipapak payung , laporan seng sopo , kejadian e piya Laporan e ra jelas sopo kapan kok iso ngene ?  , sengan Omongnek  Laporan ra Jelas , Muni " kejar mas Agus pada Polisi Polisi Polsek Muda muda yang belum tahu  karbitan Kasus kasus , mana yang bener , Kareppe Baleni ..sopo seng Muni laporan jelas ..

 Laporan jelas Korban e no jok Sabar .., melintas-korelasikan antara variabel tingkat pelanggaran, aktor pelanggaran, serta posisi dan perlakuan (treatment) negara sepanjang tahun 2016, SETARA Institute mengambil satu kesimpulan umum bahwa yang sedang berlangsung saat ini dalam konteks kebebasaan beragama/berkeyakinan dan perlindungan minoritas keagamaan adalah menguatnya supremasi intoleransi  apalagi meperhatikan kelompk rentan  dan Polisi akan wegah melayani orang miskin dan kelompok rentan , cobak kalau yang kecelakaan Orang kaya dan terpandang akan cepet cepet dia brangkat  lakukan olah TKP . dilema dan kendala Supremasi intoleransi dapat dengan mudah dibaca melalui beberapa gejala berikut: ternyata    Orang gila itu selalu memakai atribut keagamaan  berwarna Ijo dengan bintang gemintang berapa itu dan bola dunia , Banyaknya Orang mulai gila kekuasaan yang berbasis massa disuatu oramas  dibela belain sampi Gila maaf tidak gila beneran , melainkan gila Pangkat , jadi satgas. dan lain Sebagainaya siapatahu bisa jadi menteri ...setelah mau jadi hansip nggak jadi .

 A) Tingginya intensitas pelanggaran dan intoleransi oleh kelompok warga yang secara reguler menjadi pelaku utama tindakan non negara. Grafik tindakan aktor non negara pada Bab II menjelaskan secara nyata bahwa ancaman potensial dan aktual kebebasan beragama/berkeyakinan dan perlindungan minoritas keagamaan berasal dari simpul-simpul sosio-kultural dan horizontal.

 B) Tindakan-tindakan intoleransi kelompok warga tersebut diperkeruh dengan tindakan serupa yang kerap dilakukan oleh organisasi-organisasi masyarakat dengan latar keagamaan, seperti FPI, FUI dan sebagainya serta aliansi beberapa ormas keagamaan tersebut. 

C) Tindakan-tindakan tersebut mendapatkan pembenaran melalui penggunaan dogma-dogma agama untuk menegasikan liyan dan instrumentasi fatwa-fatwa keagamaan seperti yang dikeluarkan oleh MUI mengenai penyesatan dan pengharaman. Secara resiprokal, dalam banyak kasus, tindakan-tindakan intoleransi juga muncul akibat dan untuk alasan melaksanakan fatwa-fatwa keagamaan tersebut. Salah satu contoh, Fatwa MUI Nomor 56 Tahun 2016 Tentang Hukum Menggunakan Atribut "Keagamaan Non-Muslim"  telah nyata-nyata mendorong hasrat beberapa kelompok intoleran untuk melakukan " razia atribut keagamaan". Demikian pula, fatwa MUI tentang penistaan agama yang dialamatkan pada Basuki Tjahaja Purnama pascapidato yang menyinggung Surat Al-Maidah: 51, telah mengkonsolidasi beberapa kelompok-kelompok intoleran untuk melakukan intoleransi, diskriminasi, ujaran kebencian (hate speech), dan ancaman kejahatan kebencian (hate crime). Dengan demikian terjadi hubungan saling mengakibatkan (inter-causality) antar dogma dan fatwa keagamaan dengan tindakan intoleransi kelompok-kelompok intoleran. D) Tindakan penyelenggara negara dalam dua bentuk; 

(a) diskriminasi yang dilakukan terhadap kelompok-kelompok minoritas keagamaan akibat ketundukan terhadap kehendak kelompok-kelompok intoleran; dan 

(b) adaptasi Gelar dan fatwa-fatwa  atas tertutup..disahkan Negara ..

Hate_didik

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun