Permukiman di pinggiran Pulau Buluh kembali dilahap si jago merah pada Rabu pagi, 14 Juli 2023. Pada Januari 2022 lalu, pulau yang secara administratif berada di Kecamatan Bulang, Kota Batam ini pernah mengalami kejadian serupa, kali ini di sisi yang berbeda, tepatnya di seberang SMAN 11.
Menyikapinya, Sapala (Santri Pecinta Alam) MAN Insan Cendekia melakukan penggalangan dana di lingkungan sekolah, seperti mengadakan 'Panggung Senja' dan berkujung ke kelas-kelas. Kendati demikian, tidak tertutup kemungkinan bagi kalangan di luar madrasah yang ingin berdonasi. Sebagaimana unggahan instagramnya, Sapala juga mengumumkan kegiatan aksi dana tersebut dengan mencantumkan nomor rekening.
Sebagai organisasi yang bergerak di bidang lingkungan, Sapala sering melakukan penggalangan dana bagi masyarakat yang terdampak bencana. Sebut saja Erupsi Gunung Simeru dan Gempa Cianjur yang terjadi beberapa tahun sebelumnya, pasca kejadian tersebut Sapala mengambil andil di dalamnya.
Jika aksi dana sebelumnya dialokasikan bagi masyarakat di luar Kota Batam, kali ini Sapala melakukannya sebagai wujud kepedulian mereka akan bencana yang terjadi di daerahnya. Minggu pagi, 30 Juli 2023, Sapala bersama beberapa siswa lain yang menjadi simpatisan bertolak ke Pulau Buluh melalui Pelabuhan Sagulung dengan pompong, sebutan masyarakat lokal untuk perahu yang bunyi mesinnya serupa dengan namanya.
Halaman SMAN 11 dijadikan sebagai posko kebakaran. Sebagaimana yang tertera pada papan pengumuman, masyarakat telah membentuk struktur kepengurusan posko dengan susuna sebagai berikut; M. Al Ikhsan (Ketua), Devita Niermala Dewi dan Sumadi (Ketua), Rumiati dan Sudiman (Bendahara), anggota sebanyak 16 orang, sebagian besar merupakan ketua RT, selebihnya ketua RW.
Setelah menyerahkan uang sebesar Rp. 1.700.000, Sapala menjumpai salah satu korban yang kebetulan berada di sekitaran posko, selain mengucapkan bela sungkawa juga menanyai krnologi kejadian. Saaat hendak menjumpai korban lainnya, petugas posko mengatakan kalau para korban yang sebelumnya mengungsi di wisma setempat, kini telah beralih ke rumah saudara mereka yang tidak terdampak kebakaran. Keberadaan dapur dan kamar mandi umum yang kurang memadai jadi alasannya.
Berdasarkan rekapitulasi data, terdapat 14 Keluarga yang terdampak. Dari 11 rumah yang terbakar; 9 di antaranya berstatus rusak berat, rusak sedang dan ringan masing-masing 1. Dari 38 jiwa yang menjadi korban, 1 di antaranya meninggal dunia. Petugas posko menjelaskan bahwa korban yang meninggal dunia merupakan perempuan lansia keturunan Tionghoa, ia yang tinggal sendirian terjebak dalam kobaran api karena tidak sempat menyelamatkan diri.
Terhitung hingga 29 Juli 2023, sudah 85 penyalur bantuan yang berkunjung, terdiri dari berbagai organisasi, instansi, partai, maupun perorangan. Jenis sumbangan beragam, mulai dari uang, sembako, dan pakaian. Di hari kedatangan Sapala, sudah 7 penyalur yang terdata di buku tamu. Termasuk di dalamnya; Sapala, Bikers Subuhan Batam, Perkumpulan Alumni STMN dan SMKN 3 Batam, KNPI Kepri, Partai Gelora, dll.
Sebelum pulang, Sapala dan tim menyaksikan rumah korban yang sebagian besar sudah menjadi puing, tampak rumah korban yang meninggal dunia sudah diberi police line. Seorang gadis yang membatu orang tuanya menjual jajanan di depan rumahnya yang berjauhan dari lokasi kejadian, mengatakan kalau mereka sempat mengeluarkan barang-barang berharga. Bercermin dari kejadian sebelumnya, angin mampu membuat api menjalar lebih cepat pada rumah mereka yang rapat dan mayoritas berbahan kayu.
Terkait upaya pemadaman, gadis yang baru saja menammatkan pendidikannya di SMAN 11 tersebut mengatakan kalau masyarakat bekerjasama dalam memadamkan api, salah satunya dengan memutuskan kabel listrik agar tidak terjadi kosleting. Pemerintah setempat telah berupaya mengirimkan kapal pemadam kebakaran, namun karena kondisi laut sedang surut, sehingga menyulitkan petugas dalam menyemprotkan air.
Setelah mengelilingi Pulau Buluh selama hampir satu jam, beberapa anggota Sapala mengamati kalau permasalahan lingkungan di sini salah satunya adalah sampah plastik. Hamparan sampah disekitaran rumah yang berjejer di tepi pantai, membuat salah seorang Anggota Muda Sapala terinisiasi untuk membuat progja (program kerja) demi mengatasi masalah tersebut bila sudah menjadi pengurus.