BAYAR UTANG BUKAN DENGAN "AFWAN"
Abdul Hakim El Hamidy
Dalam suatu potongan ceramah Ustaz Yazid yang lewat di beranda, ada satu kalimat yang membuat jemaah tertawa, tapi juga menohok. Hal ini terkait orang yang berutang ditagih oleh yang meminjamkan.
"Afwan, ana belum bisa membayar ya.*
Kata "afwan" (maaf) dari satu aspek merupakan cara jitu untuk meredam kekesalan dan itikad baik untuk membayar, namun bagi yang meminjamkan hal tersebut sungguh menyesakkan dada, hehehe. Bagaimana tidak? Uang yang mengendap di peminjam itu waktunya bukan hitungan bulan, setahun, tapi sudah bertahun-tahun bahkan lebih dari 10 tahun. Betapa harus sabarnya ia menunggu dari yang hanya dijanjikan bulanan.
Saat meminjam betapa manis kata yang terukir. Betapa mudah berjanji untuk segera membayar. Bahkan saat meminjam, dramanya begitu sempurna. Air mata kalau perlu dikeluarkan agar mengundang belas kasihan.
Saat ditagih, beberapa kalimat yang disampaikan oleh yang menagih/yang meminjamkan, namun bisa satu dua paragraf yang disampaikan oleh orang yang ditagih/si peminjam. Kadang lebih garang yang ditagih daripada yang menagih. Entah karena tak ada uang atau trik agar yang menagih malas atau berhenti melakukan penagihan lagi.
Ada barangkali yang lebih parah: chat gak dibalas, telepon tak diangkat, dan diblokir dari pertemanan. Soal diblokir, saya pernah mengalami. Saya tahu saat tak bisa mengakses akunnya. Namun saat saya cek dengan akun yang satu lagi ternyata yang bersangkutan masih aktif bermedia sosial, bahkan tanpa merasa berdosa ia sedang melanjutkan S2. Eh, S2 bisa kok utang nggak dibayar? Oh, mungkin beasiswa... (berbaik sangka).
Soal kesadaran membayar ini memang tak sedikit yang tak lulus verifikasi. Kalau berkata seperti orang yang paling tahu agama. Dalil beterbangan, berbicara seperti orang paling pintar di jagat raya, giliran membayar minta ampun susahnya.
Jika utang ratusan juta, angsurlah pada angka jutaaan (5 juta atau 10 juta). Jika utang 10 juta lebih  sedikit, angsur 1 juta-an atau minimal 500 ribu untuk menunjukkan itikad baik. Tentu, dilunasi langsung lebih baik dan akan menggembirakan.
Soal utang, Rasulullah sangat mewanti-wanti. Bahkan secara khusus beliau dalam salah satu doanya minta perlindungan dari utang.
Selama ada itikad baik untuk membayar, niscaya Allah akan mudahkan. Janganlah membayar utang dengan "afwan" tapi bayarlah dengan "uang", hehehe.