Mohon tunggu...
Abdul Hakim El Hamidy
Abdul Hakim El Hamidy Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Konsultan Penerbitan, Trainer, dan Motivator

Akrab disapa Aa Hakim. Adalah seorang penulis yang telah menerbitkan 30+ buku berbagai genre. Ia juga merupakan Co-Writer dan Ghost Writer dari buku "Hujan Safir", Meyda Sefira; "Gelombang Yunus" Asyirwan Yunus (Wakil Bupati Lima Puluh Kota 2010-2015); "Repihan Pendidikan", Irfendi Arbi; dan "Empat Pilar Pembangunan Kabupaten Solok". Selain menjadi penulis, penulis pendamping dan penulis bayangan, ia juga adalah trainer dan motivator yang telah berbicara pada ribuan peserta.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Melatih Keberanian Anak

24 Juli 2022   06:10 Diperbarui: 24 Juli 2022   06:48 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik


"Abah, Oman boleh ke sana?" Tanya Si Unik sambil menunjuk anak-anak yang sedang bergelantungan di pohon jambu.

"Boleh. Pergilah!" Jawabku.

Sembari menunggu fotokopian, saya melepas Oman untuk melihat anak-anak yang seusianya bergelantungan itu.

Dari bawah, dengan gayanya seperti bos (berkacak pinggang), Oman melihat mereka yang sedang bergaya itu. Kepala ke bawah, kaki ke atas.

Oman ini bisa dibilang berbeda denganku. Ia agak takut ketinggian. Lain halnya denganku saat aku masih kecil di Garut. Saya ini suka manjat pohon kelapa, pohon jambu, dll. Namun, saya paksa dia agar tumbuh keberaniannya. Sering saya bawa naik tangga, naik pohon, dan hal lainnya yang dapat menghilangkan rasa was-wasnya.

"Man, kamu itu anak laki-laki. Kamu harus berani. Jangan penakut." Kataku menyemangati.

Saat melihat Abang itu naik pohon jambu, awalnya ia mengamati. Lama-lama, akhirnya manjat juga.

Karakter anak itu harus dibangun sejak dini. Adapun soal prestasi nanti akan mengikut sendiri. Kita menyadari bahwa kehidupan nyata itu lebih keras dari sekadar teori yang disampaikan di kelas atau di bangku perguruan tinggi atau disampaikan dalam seminar-seminar motivasi.

Keberanian merupakan nyali yang mesti ditumbuhkan. Kepintaran bisa rontok jika tidak dibarengi dengan keberanian.

Saya pernah berjalan dengan seorang kepala sekolah beserta rombongan para guru di pusat perbelanjaan di Bandung.  Karena ia baru pertama kalinya ke Bandung, maka saya pun ikut menjadi pemandu dadakan saat berbelanja.

Saat akan naik ke lantai dua, ada dua pilihan, naik atau naik tangga.  Saya mengajaknya untuk bareng saya naik lift, tapi ia memilih naik dengan tangga biasa. Saya melihat wajahnya pucat saat melihat lift. Barangkali karena belum terbiasa atau pernah mendengar insiden orang yang terperangkap di lift karena mati lampu.

"Ah, saya mau olahraga saja, Aa." Katanya beralibi.

Saya hanya tersenyum saja. Ia sedang menutupi rasa malunya karena takut naik lift. Tapi saya berusaha untuk menghargai keputusannya dan seolah saya menyetujui alibinya.

Ayah, Bunda! Biarlah kita bersusah payah mendidik anak dari kecil dalam menanamkan karakter, daripada kelak kesulitan karena ketika anak kita sudah dewasa tidak memiliki nyali untuk menghadapi hidup dan ketinggian ujian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun