(Penyunting : Suryani ‘One’ Amin)
Dari bergelas-gelas kopi, berbatang-batang rokok dan sekian waktu yang saya habiskan di warung kopi, refleksi kecil ini hadir. Beberapa teman datang dan pergi. Berganti di tiap kesempatan. Dua-tiga diantaranya menjadi menjadi lawan bicara yang membentuk percakapan yag berkualitas.Harus saya akui , refleksi kecil ini hadir bukan utuh dari pikiran saya. Dua-tiga teman menjadi bagian penting yang mencetak hasil refleksi kecil ini. Bagian dari percakapan berkualitas di warung kopi yang saya sukai.
Usia memang tak bisa bohong. Momen menjadi semakin tua, bikin saya semakin banyak membaca ulang pengalaman. Tanpa bermaksud jadi sok bijak, sok tua, sok berpikir, sok menggurui. Jauh dari itu. Sekedar berbagi sembari belajar menulis. Mohon ingatkan saya jika menjadi sok. Apalah saya untuk jadi sok. Mohon koreksi saya kalau saya salah. Seluruh kesalahan adalah karena keterbatasan saya.
Sepersekian dari topik obrolan warung kopi adalah tentang penyelaman. Sebagai kegiatan yang beberapa tahun terakhir saya dan beberapa teman lakukan. Mendadak dibeberapa pertemuan di warung kopi, kami tertarik bicara tentang pelajaran dibaliknya. Pelajaran tentang nilai-nilai yang kami petik. Bukan bicara teknis foto, alat, rencana penyelaman berikut atau sekedar bergunjing .
Kami tahu, pada dasarnya nilai yang sama juga bisa didapatkan dari jenis aktivitas lain. Terutama yang berkaitan dengan petualangan alam bebas, dilakukan secara berkelompok dan melibatkan intensitas kedekatan dalam satu grup. Tapi, perkenankan untuk saya tuliskan. Maafkan jika terbata-bata.
Syarat pertama dan utama penyelaman adalah “never dive alone” . Meminimalkan risiko yang mungkin muncul adalah alasan dibaliknya. Sistem yang diberlakukan umumnya adalah buddy pair. Dua orang saling berpasangan. Keduanya punya kewajiban yang sama untuk saling memperhatikan dan mengingatkan. Dalam kondisi darurat, buddy adalah pihak yang wajib untuk menolong. Di komunitas selam di Makassar, sistemnya lebih banyak group buddy. Secara fungsi, sama.
Meski dengan jam penyelaman yang terbatas, saya menyaksikan beberapa kasus yang mengingatkan pentingnya peran buddy.Diantaranya kasus seorang kawan yangnyaris kehabisan udara dan mendapatkanbantuan dari buddynya denganmenyerahkan selang udara cadangan,yang mengalirkan udara berbagi dari sumber tabungudara yang sama dengan buddy.
Di penyelamanlalumasih sekitar perairan Makassar,saya malahmengalami langsung kasusdimana saya membutuhkan bantuan buddy untuk melepaskantali gear yangtersangkutjaket apung. Sialnya, terjadi saat saya sudah masuk kekedalaman.Untung saja buddy saya sigap merespon sinyalyang saya sampaikan .
Di kesempatan lain, saya mengambil peran menolong buddy yang terbelit tali pancing.
Dari obrolan di warung kopi, kami juga saling berbagi cerita tentang insiden penyelaman di tempat lain yang kami dengar. Beberapa diantaranya menyuratkan fungsi buddy.
Dari sini saya belajar tentang peran penting buddy. Kenyamanan, bahkan secara ekstrim, nyawa kita akan saling bergantung. Karenanya sepasang buddy diharapkan untuk saling bisa diandalkan. Tidak hanya dalam situasi saat ada masalah dalam air. Dalam kondisi yang aman sekalipun, buddy adalah kawan berbagi yang menyenangkan. Misalnya untuk saling menunjukkan obyek-obyek menarik yang luput dari pandangan kita. Juga akan menjadi kawan yang menyenangkan untuk jadi obyek foto dan membantu kebutuhan pemotretan lain. Atau sekedar bersenang-senang menikmati keheningan, suara gelembung dan gesekan kaki katak mengayuh pelan dalam air.
Saya belajar bahwa buddy, seperti konsep dalam dunia perkawanan. Ia ibarat sahabat yang saling terikat. Saling membutuhkan. Ada kewajiban untuk peduli dan memberi perhatian pada kebutuhan sahabatnya. Tidak hanya dalam kondisi suka. Namun juga saat tersandung persoalan.
Saya juga belajar tentang kerendahan hati. Menyelam, seperti halnya mendaki gunung dan jenis petualangan alam lain, melibatkan interaksi dengan alam sekitar. Semakin dalam laut diselami, semakin tinggi gunung didaki, semakin sadar bahwa ada kekuasaan yang maha tinggi diluar manusia. Dengan segala penciptaanNya. Manusia ibarat titik kecil tak bernilai ditengah kebesaran alam ciptaanNya.
Seorang teman, mengaku menjadi pecandu bintang. Saat berlayar dibawah langit malam. Ia bisa tiba-tiba menjadi cengeng menyaksikan kerlip bintang. Katanya, itu adalah saat dia merasa sangat tak berarti ditengah laut tak berbatas. Juga bersukur diberi kesempatan berulang untuk menyelami lautnya. Segala khidmat tertuju pada kuasa tak terbatas milikNya.
Mendengarkan kawan berkisah dan mengalami langsung tantangan-tantangan alam dalam penyelaman seperti arus dibawah dan ombak dipermukan, mengingatkan senantiasa tentang kerendahan hati. Untuk ingat bahwa tak layak manusia membusung dada.
Kemudian, saya juga belajar tentang nilai yang lain. Perjalanan penyelaman seringkali melibatkan lebih dari dua orang. Untuk perjalanan penyelaman dengan operator selam komersil, biasanya penyelam bergabung dengan peserta lain yang sebelumnya tidak saling mengenal. Di kondisi demikian, biasanya grup dipisahkan berdasarkan tingkat keahlian selam masing-masing. Satu grup kecil akan ditangani oleh satu orang pemandu yang sekaligus berlaku sebagai buddy. Umumnya , karena tidak saling mengenal, tidak ada tanggung jawab kolektif diantara peserta trip. Apalagi, biaya yang dibayarkan biasanya sudah termasuk layanan paripurna. Pokoknya tinggal blub blub blub.
Berbeda dengan trip non-komersil dalam satu grup teman yang telah saling mengenal. Biasanya jenis trip ini lebih berkesan . Perjalanan menuju spot akan terasa singkat karena diisi dengan obrolan hangat lazimnya antar teman. Dalam trip non-komersil semacam ini, segala urusan dari persiapan hingga paska menjadi tanggung jawab bersama.
Dari sini, saya belajar tentang kerja sama. Segala kebutuhan sejak persiapan, hari h penyelaman dan seusainya menjadi tanggung jawab bersama. Dengan biaya yang ditanggung bersama, seluruh peserta trip memiliki hak dan mengemban kewajiban yang sama di seluruh tahapan.
Intensitas kedekatan dalam trip jenis ini akan dengan mudah menunjukkan karakter masing-masing peserta trip. Sikap egois, enggan berbagi, mementingkan kepentingan pribadi , meremehkan peran orang lain, merasa diri lebih dari yang lain, akan mudah tampak.
Dari sedikit pengalaman yang ada, saya menemukan kesamaan karakter pada peminat penyelaman. Umumnya lebih terbuka, supel, suka berbagi, dengan selera humor yang bagus, ringan tangan dan paham mengenai konsep kerja kelompok. Namun, sekali dua kali, saya juga menemukan karakter yang bertolak belakang. Seperti jenis kawan semacam ini yang sering membuat tidak nyaman.
Dari sini, saya belajar tentang konsep kerja kelompok yang lebih utuh. Mengingatkan bahwa sebagai bagian dari tim, perlu untuk sedikit menekan kenyamanan pribadi untuk kepentingan bersama. Apalagi, kita sering kali tidak bisa memilih dengan siapa kita akan melakukan perjalanan penyelaman.
Seperti hidup yang berjalan. Selama itu pelajaran demi pelajaran akan terus bergulir. Semoga saya tak lupa untuk selalu belajar. Di warung kopi sekalipun.
~ Kado ulang tahun sederhana untuk Buddy Adi R Suyuthi . Semoga selalu sehat dan bisa terus jadi buddy ~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H