Sampang kembali membara dan kali ini bahkan harus berdarah-darah dengan mengorbankan nyawa manusia. Setelah pada akhir tahun lalu terjadi peristiwa yang sama berupa penyerangan disertai pembakaran sebuah pesantren dan beberapa rumah dari kalangan penganut Syiah di sana. Menurut para penyerang tersebut, keberadaan dari kelompok Syiah itu telah menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat, karena mereka mengajarkan akidah sesat yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Sehubungan dengan itu, penulis tergelitik untuk mencoba menuangkan kembali apa yang pernah penulis paparkan pada waktu itu berkenaan ajaran Syiah yang oleh banyak orang dipandang sesat dan meyesatkan itu. Bahkan, MUI Jatim juga menegaskan bahwa Syiah itu sesat dan mendesak pemerintah untuk membendung penyebaran ajaran di Syiah di Indonesia yang mayoritas penduduknya berpaham ahlus sunnah wal jama'ah.
Bertitik tolak dari pandangan tersebut, ada baiknya bagi kita untuk lebih mengetahui, bagaimanakah sebenarnya ajaran Syiah itu? Ini perlu kita lakukan agar terhindar dari membuat tuduhan yang tidak berdasar kebenaran terhadap suatu kaum, terlepas dari apakah kita sepaham ataupun tidak dengan mereka.
Kaum Muslim secara umum terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu Ahlu Sunnah dan Syiah. Mereka dipersatukan dalam keyakinan yang sama tentang : Keesaan Allah, Kenabian, dan Hari Kebangkitan di Akhirat. Mereka juga dipersatukan dengan ibadah yang sama : Shalat, Puasa, Zakat, dan Haji. Demikian pula, mereka berpegang kepada kitab suci yang sama, yaitu Al Quran, dan mengikuti Nabi yang sama, Muhammad Rasulullah Saw.
Lantas, apa yang membedakan antara kalangan Ahlu Sunnah dan Syiah itu? Sesungguhnya, satu-satunya perbedaan yang mendasar di antara mereka, adalah mengenai siapakah yang berhak untuk mengemban amanah dalam menegakkan dan memelihara risalah Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw. Kaum Sunni berpendapat bahwa hak tersebut sepenuhnya diserahkan kepada kesepakatan kaum Muslim. Sedang, Syiah berpandangan bahwa masalah tersebut merupakan hak khusus yang diamanatkan kepada Ahlul Bait Nabi.
Untuk lebih memahami hal itu, berikut ini penjelasan ringkas mengenai pandangan Syiah tersebut :
- Syiah berkeyakinan bahwa para pengemban dan penerus risalah ilahi yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw, harus merupakan orang-orang yang jujur, adil, berilmu, bebas dari kemusyrikan, dan tidak pernah terlibat permusuhan dan penentangan terhadap Nabi, baik pada masa jahiliyah maupun sesudahnya.
- Syiah mendapati bahwa orang-orang yang memenuhi kriteria di atas hanya ada pada Ahlul Bait Nabi, yang mana hal itu dapat dibuktikan dari sejarah kehidupan mereka, dan juga didukung oleh nash-nash yang terdapat di dalam Al Quran dan Hadits Nabi.
Sebagai argumentasi pendukung atas pandangan tersebut adalah seperti berikut :
- Kalau kita membaca dan mengkaji sejarah Islam, ternyata tidak semua sahabat Nabi memenuhi kriteria di atas. Kenyataannya, sebagian besar dari mereka, sebelum masuk Islam pernah mengalami kemusyrikan dan bahkan permusuhan yang sangat keras terhadap Nabi.
- Di antara para sahabat Nabi itu, terdapat orang-orang pilihan, yang selalu menunjukkan kesetiaannya kepada Nabi dan tidak pernah mundur dalam memperjuangkan Islam. Salah satu di antaranya, yang tidak ada keraguan dalam membela Nabi dan Islam, bahkan sejak dari usia kanak-kanak, adalah Ali bin Abi Thalib.
- Adalah suatu keniscayaan kalau terhadap manusia pilihan seperti itu, kemudian Rasulullah memberikan kepercayaan untuk melanjutkan risalah yang dibawahnya dan mewasiatkan kepada kaum Muslim untuk meneladani dan mengikutinya.
- Adalah suatu kenyataan, bahwa risalah Islam telah sempurna diterima oleh Nabi Muhammad, namun apakah selama 23 tahun dalam masa dakwahnya, Nabi memiliki kesempatan untuk menjelaskan seluruh kandungan risalah Islam kepada umatnya secara keseluruhan?
- Dalam kenyataannya, tidaklah seluruh umat pada masa Nabi, termasuk para sahabat, berkesempatan menerima pengajaran Islam secara lengkap. Berbeda dengan mereka, Ahlul Bait Nabi seperti Ali, Fathimah, Hasan, dan Husein, mereka itu mendapat kesempatan khusus untuk menerima pengajaran dan penjelasan langsung dari Nabi mengenai risalah Islam secara keseluruhan.
- Atas dasar itu semua, Syiah berkeyakinan bahwa untuk memahami Al Quran dan mengikuti Sunnah Rasul secara benar, mestilah dengan mengikuti Ahlul Bait, dikarenakan kemuliaan, kesucian, dan kesempurnaan ilmu yang mereka miliki.
Dari paparan ringkas di atas, sekarang telah menjadi lebih terang bagi kita semua, mengapa kaum Syiah tidak menjadikan sahabat pada umumnya sebagai sandaran dan rujukan dalam mengikuti ajaran Islam. Persoalannya, bukan karena mereka membenci sahabat, tetapi karena akal mereka mengatakan hanya Ahlul Bait Nabi yang paling layak untuk diikuti dan diteladani, baik dalam hal ilmu, keyakinan, ibadah, hukum, akhlak, dan kepemimpinan atas umat. Dan hal itu, semuanya memiliki sandaran dan hujjah yang kuat di dalam Al Quran maupun Hadits Nabi Saw.
Pada akhirnya, saya ingin mengatakan, bahwa perbedaan faham antara Ahlu Sunnah dan Syiah adalah sebuah kenyataan sejarah yang tak terelakkan. Maka, bagi kita yang hidup di masa kini, dalam menyikapi adanya kenyataan tersebut, mestilah berlapang dada dalam melihat perbedaan, tak perlu saling menghujat dan menyesatkan satu sama lain, apalagi sampai menghancurkan harta dan menumpahkan darah, di antara sesama Muslim. Karena, sesungguhnya, kita hanya bertanggungjawab di hadapan Tuhan, sebatas apa yang kita ketahui dan yakini kebenarannya. Dan, kita tidak pernah dituntut untuk memaksakan apa yang kita yakini pada orang lain. Karena itu, kita harus berlaku adil dan bijaksana dalam melihat setiap persoalan!
Semoga kasus kekerasan atas nama agama seperti yang terjadi di Sampang, Madura itu tidak terjadi lagi di masa depan. Kita berharap aparat keamanan dan hukum akan bertindak tegas dan adil terhadap mereka terlibat dalam tindak kekerasan tersebut, dan pemerintah memberikan perhatian lebih serius lagi agar kasus-kasus seperti ini tidak terus berulang di negeri Pancasila yang majemuk ini...!