Setiap orang tua atau pendidik pasti pernah dihadapkan pada pertanyaan klasik: Haruskah kita memberikan kebebasan penuh pada anak untuk bereksplorasi, atau justru menerapkan struktur dan aturan yang ketat? Pertarungan antara kebebasan dan struktur bukan sekadar perdebatan pola asuh, tetapi menyentuh inti dari perkembangan psikologis anak---bagaimana mereka belajar tentang diri mereka sendiri, tanggung jawab, dan dunia di sekitarnya.
Di satu sisi, kebebasan memungkinkan anak mengembangkan kreativitas, kemandirian, dan kemampuan memecahkan masalah. Ketika anak diberi ruang untuk memilih (misalnya, memilih mainan, kegiatan, atau cara belajar), mereka belajar tentang konsekuensi alami dari tindakan mereka. Jean Piaget, tokoh psikologi perkembangan, menekankan bahwa anak memahami dunia melalui eksplorasi aktif---bukan sekadar mengikuti instruksi.
Namun, di sisi lain, struktur memberikan rasa aman dan batasan yang jelas. Anak-anak, terutama di usia dini, membutuhkan rutinitas dan aturan untuk memahami apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Tanpa struktur, kebebasan bisa berubah menjadi kekacauan---anak mungkin merasa kebingungan, cemas, atau bahkan mengembangkan perilaku impulsif. Lev Vygotsky, melalui teori scaffolding-nya, menunjukkan bahwa anak belajar paling efektif ketika ada bimbingan dari orang dewasa yang secara bertahap memberi tantangan sesuai kemampuan mereka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI