Toleransi, Kebebasan Sipil, Pluralisme

Negara kita sekarang baru memulai demokrasi. Tantangannya adalah bagaimana menjaga agar suara mayoritas tidak berubah menjadi tirani mayoritas, yang nantinya malah memberangus nilai-nilai yang menjadi inti demokrasi itu sendiri, yaitu toleransi, kebebasan sipil, pluralisme dan sebagainya.

Faktor utama yang membuat demokrasi bisa berkembang ataupun runtuh Cuma satu, yaitu sejauh mana ekonomi di sebuah negara berkembang. Dengan kata lain faktor utamanya adalah kesejakteraan masyarakat. Benarlah kalau kapitalisme kini menjadi penumpang utama dalam sistem demokrasi.

Demokrasi mengadaikan prinsip kebebasan. Aristoteles dalam risalah politiknya menyatakan landasan negara demokrasi adalah kebebasan melalui kebebasan seseorang kemudian bebas melakukan apa saja. Prinsip yang disebut oleh Aristoteles adalah seseorang boleh hidup sesuka dia. Jika nilai ini bersanding dengan kapitalisme maka terjadilah kesenjangan.

Manusia ditekan dari dua arah yang berlawanan dalam proses pemenuhan materinya. Ia ditekan oleh sistem kapitalisme yang tidak adil dalam membayar keringat mereka dan ia juga ditekan oleh sistem kapitalisme yang menuntut pembesaran kapital dengan cara akumulasi. Pada akhirnya, manusia menjadi pesimis dan apatis terhadap dunia, terhadap segala usaha perbaikan di dunia, karena mereka merasakan bahwa yang hanya mereka terima adalah pahit dunia, yaitu keringat yang terperas habis dari kulit mereka dan modal yang dipersempit atau dihancurkan oleh para pemain besar.

Pemujaan terhadap demokrasi yang kini jadi nyanyian para ilmuwan. Seakan dengan demokrasi semua persoalan sosial dapat terselesaikan. Sebagai sebuah ide perubahan sosial demokrasi percaya dengan prinsip pembagian kekuasaan.

Kebebasan berpendapat nyatanya ditentukan oleh posisi sosial. Tak semua pendapat didengarkan. Pendapat tukang becak beda harganya dengan seorang pengusaha. Meskipun kartu suara mereka nilainya sama. Tetapi pengaruh berbeda.