Saat korporat-korporat yang mendominasi pasar berusaha mengkooptasi kreatifitas bibit-bibit unggul melalui:
Muda + freshgraduate + Genius + 'miskin' = gaji tinggi dan fasilitas mewah yang tidak pernah mereka dapatkan sebelumnya saat masih menjadi mahasiswa, maka seketika itu tidak ada lagi kesempatan bagi bibit unggul mendayagunakan kreatifitasnya untuk menjadi 'penemu'....
Bagaimana bisa pabrik motor, mobil dan produk berteknologi tinggi lainnya 'mati' atau entah dimatikan di Indonesia...
Padahal, market jelas....
Bayangkan saat para bibit unggul dari institut teknologi macam ITB, ITS, IPB dll mendapat tawaran menjadi pegawai di Toyota, Honda dan kawan2nya yang memegang dominasi pasar....
Lebih sayang lagi kalau para teknokrat menjadi pegawai bank....
(meskipun saya tidak dibesarkan sebagai teknokrat, tapi saya merasa 'eman' banget dengan potensi yang dikooptasi)
Kalau ditelaah ini juga tidak lepas dari kultur masyarakat Indonesia bahwa seorang lulusan perguruan tinggi ternama dengan prestasi gemilang, seketika itu menjadi 'dungu' kalau belum dapat kerja....belum bisa membahagiakan orang tua semisal (financial, rumah, mobil atau bahkan menaikhajikan orang tua) itu cita-cita mulia, siapapun saya yakin akan bangga dengan itu semua... Tapi, pada jangka panjang, pemikiran tersebut saat menggelinding menjadi bola salju, susah bagi bangsa ini untuk memproduksi para ilmuwan....
(ini hanya pandangan pribadi penulis)
Jangan pernah meremehkan visi radikal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H