Anomi sosial
Di tengah covid-19 yang terus menyerbu dan menggerogoti sendi-sendi kehidupan, tak terkecuali perekonomian. Hampir semua golongan perekonomiannya terganggu, terlebih golongan menengah ke bawah karena pandemi virus ini. Banyak pengangguran yang bermunculan akibat PHK, karena perusahaan-perusahaan tidak beroperasi. Akibat daripada itu, terjadi kejumudan, kemandekan, dan kebingunggan dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.
Kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat menengah kebawah, terlebih pekerja yang di PHK sehingga menjadi pengangguran, dapat memicu tindakan kriminal untuk pemenuhan kebutuhan, seperti penjarahan, pencurian, pencopetan, pembegalan, dan perampokan. Tindakan ini tidak mengindahkan norma yang berlaku, tetapi dengan situasi terdesak, apapun dilakukannya, itulah yang dinamakan fenomena anomi sosial. Fenomena anomi sering muncul di perkotaan pada situasi genting. Bahkan diketahui, tingkat kriminalitas di Jakarta meningkat sepuluh persen selama pandemi virus corona (covid-19).
Peningkatan tingkat kriminalitas yang didasarkan karena sulitnya dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi telah mempengaruhi kehidupan bermasyarakat. Tidak lagi mempedulikan, mengindahkan nilai dan norma di masyarakat, menjadikan ke-equilibrium-an sosial terguncang. Keadaan serba sulit dan ketidakpastian di era pandemi covid-19 menjadikan tindakan yang semestinya irrasional, dan jauh dari kata normal menjadi tindakan yang rasional atas dasar untuk pemenuhan kebutuhan hidup.
Pandemi Covid-19 tidak hanya menjadi masalah kesehatan, tapi juga memberikan dampak pada masalah kehidupan lain secara massif. Selain kita terfokus pada pemutusan mata rantai virus corona, alangkah baiknya kita juga menaruh perhatian pada virus-virus sosial yang tak kalah radikal dan menggerikan daripada virus corona (Covid-19). Perlu adanya kedewasaan pada masyarakat dengan menghilangkan sikap individual, mengesampingkan sikap soliter dan mengutamakan sikap solider, mari bersatu dengan tak mempedulikan perbedaan suku, agama, ras, golongan, kelompok politik dan sebagainya, jangan sampai terkecoh lagi dengan strategi  "devide et impera" akibat virus corona. Tak lupa, edukasi, sosialisasi tetap harus gencar dilakukan oleh semua elemen bangsa, tentunya dengan edukasi dan sosialisasi yang tepat. Kita, Indonesia, pasti bisa keluar dari permasalahan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H