Mohon tunggu...
Hakim Maulani
Hakim Maulani Mohon Tunggu... wiraswasta -

Give a man a fish, you will feed him for a day. Give a man a gun, others will feed him for a lifetime.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Hak Keberadaan Kritikus Buku

21 Februari 2013   04:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:58 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kritikus literatur di Indonesia masih langka. Tetapi, kalau kita melongok ke negara-negara yang mempunyai budaya baca tinggi, para kritikus yang bertengger di papan atas adalah mereka yang menggapai reputasi dan kedudukan bukan melalui antusiasme dan kekaguman, tetapi melalui ketidaksukaan dan cercaannya. Kala kesukaan kritikus terbatas, secara umum bisa diterima sebagai seorang yang ulung. Sedangkan, kritikus yang “dermawan” dalam penilaiannya tidak pernah dihormati di kalangannya sebagaimanakritikus yang suka merendahkan dan sarkastik. Kritik dalam literatur hampir selalu sengit karena tujuan utamanya untuk mendapatkan sesuatu yang mendekati nilai obyektif.

Oleh sebab itu, para pengulas buku tidak bisa mengkhawatirkan perasaan pengarang buku. Tugas utama dia hanya memberi laporan yang jujur kepada khalayak pembaca. Dia tidak bisa menyatakan sebuah karya secara sopan dan santun karena bisa menjadi unsur yang membahayakan dalam penafsiran nilai buku tersebut. Dia tidak bisa membuat buku jelek menjadi bagus atau buku bagus menjadi jelek. Jangan berharap para pengulas buku berbohong hanya untuk menjaga perasaan si pengarang buku. Tidak pernah ada pengarang yang dirusak reputasinya, kecuali oleh dirinya sendiri.

Menyangkut rencana tuntutan hukum oleh Andrea Hirata terhadap seorang blogger Kompasiana, Damar Juniarto, terasa sangat tidak adil. Bukankah Andrea Hirata selama ini menikmati ratusan ulasan berupa pujian dari berbagai media di tanah air. Ia diuntungkan dan dibesarkan oleh ulasan-ulasan baik terhadapnya, lalu, kalau tiba-tiba hanya satu, dan hanya satu orang blogger Kompasiana yang mengkritisi klaim Andrea Hirata mengapa ia harus tersinggung dan membawanya ke pengadilan. Akan lebih anggun apabila Andrea Hirata bisa mematahkan tuduhan-tuduhan Damar Juniarto dengan menunjukkan bukti-bukti atas klaim yang ia buat. Mengapa sebagai seorang penulis terkenal ia tidak membudayakan perdebatan antar intelektual?

Tidak bisa Andrea Hirata berharap semua orang akan suka terhadap karyanya. Banyak penulis-penulis terkenal yang dikritik lebih kejam daripada yang dilakukan Damar Juniarto tetap karyanya berkibar jaya. Salah satunya adalah John Toland, penulis kesukaan saya. Saat ia bedah buku “Infamy: Pearl Harbor and its Aftermath” dan mengeluarkan bukti bahwa Presiden Franklin Roosevelt tahu di muka tentang rencana penyerangan terhadap Pearl Harbor tetapi berdiam diri, ia dihujat dan dituduh macam-macam oleh seorang kritikus hingga ia pingsan di tempat dan harus dilarikan ke rumah sakit. Tetapi, tokh… ia tetap terbuka atas kritikan tersebut, dan bukunya menjadi best seller.

Memang, Andrea Hirata bukan yang pertama yang mencoba menjebloskan kritikus buku ke dalam penjara. Di Rusia pada awal 1900-an, siapa saja yang mengkritik karya Karl Marx dituduh sebagai seorang borjuis dan dijebloskan ke penjara oleh Lenin. Lalu pertanyaannya, kalau Damar Juniarto harus dihukum, siapa yang akan menggantikan posisinya? Perdebatan ilmiah akan suatu karya sastra akan hilang, digantikan dengan ulasan-ulasan buku dengan kata-kata mutiara yang hambar.

Sebagai seorang blogger di Kompasiana, saya harus menerima dengan ikhlas dan terbuka setiap komentar-komentar yang berada di bawah artikel ini. Itulah konsekuensi menulis blog di Kompasiana. Saya harap Andrea Hirata bisa menerima kritikan secara ikhlas dan terbuka atas klaim-klaim yang ia buat di media massa, karena Damar Juniarto berhak mengkritisi hal-hal yang berada di ruang publik.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun