Mohon tunggu...
lukmanul hakiem
lukmanul hakiem Mohon Tunggu... -

penulis bebas dan karyawan rumahan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sednja Terakhir

27 Juli 2012   19:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:32 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

malam ini seharusnya aku pergi bersilaturahmi ke rumah sahabatku tapi hujan sudah dulu menggayang kampungku nan asri ini. aku terpaksa tak jadi berkunjung dan diam dikamarku yang sedari dulu masih seperti ini tidak ada perubahan sama sekali. abah sama bunda asyik nonton acara reality show favoritnya bersama adekku yang bandelnya bukan main cowo di kampung ini mana ada yang berani deketin adekku yang tomboynya kelewat batas meskipun dandanannya seperti biasa cewe banget gitu cantik pula.
"abang sinilah kumpul sama abah dan uma jangan diam dikamar terus tidak kangen tah sama abah dan uma "celetuk adekku matanya sih melototin novel romantis kayanya sih karya luar negeri soalnya tebel banget mungkin novel terbaru karya penulis idolanya adekku kali. aku memang belum bincang-bincang dari pertama datang sama abah dan bunda, nyampe kampung aku langsung meluncur ke sawah tempat yang harus aku kunjungi kabetulan nongol juga sahabatku itu verly sampe sekarang.
"iya nanti abang kesana ,abang lagi nulis dulu" pura-pura
"sudahlah bang jangan pura-pura bilang saja tidak mau atau malu lah" tahu juga adekku mungkin hafal sifatku
"sudahlah nak mungkin abang mu ingin istirahat biarkan saja " kata uma lembut sekali bikin aku trenyuh
"si abang mah begitu uma dari dulu gak pernah bergaul sama orang banyak diem aja di rumah gak pernah maen. jangan-jangan nanti jadi psikopat uma ikhh.. menyeramkan di tambah tampang abang seram tambah merinding saja ini ambo uma"
"hussh... kalo ngomong hati hati lah nak nanti abangmu tersinggung " abah membelaku . akh biarkan saja adekku mau bilang apa toh yang penting aku tidak seperti apa yang addekku katakan
"dasar kau sindi pintar sekali kau berkata-kata tanpa hati , untuk saja ambo ini abangmu kalau bukan mungkin sudah ambo ganyang lah kau sampe nunduk"
"coba saja kalau abang berani toh mana mungkin abang berani, kan abang takut sama perempuan " adekku malah nyindir sambil nyengir puas sekali . aku tidak takut hanya saja tidajk berani malu juga. dari pada ladennin adekku itu akh mending tiduran dengerin lagu favorit aku meskipun lagunya rada-rada galu dikit sih yang penting happy saja sambil merebahkan ototku dan mataku dalam gelapnya malam yang mulau mengambang di tengah bumi dengan derasnya angin yang menghentak kuat hingga pembicaraan adekku taj terdengar lagi berubah dengan mimpi yang indah
zzzzz

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun