Mohon tunggu...
Hakam Ikrom Rozzak
Hakam Ikrom Rozzak Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar dalam segala aspek kehidupan

Kader Pelajar Islam Indonesia (PD Kab. Pasuruan) Santri Pesantren Persis Bangil Kab. Pasuruan, Jawa Timur Menjadi bagian kecil dari bangkitnya peradaban islam di masa depan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apa dan Bagaimana Meraih Hidup yang Bahagia dan Tenang?

9 Juli 2021   21:02 Diperbarui: 9 Juli 2021   21:06 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasa bahagia dan tenang dalam hidup merupakan kondisi yang sangat didambakan oleh kita semua, tentu mengapa tidak? Karena dengan bahagia dan tenang semua orang akan menjalani kehidupannya dengan mudah. Semua orang pasti pernah berpikir pada masa kecilnya bahwa bahagia itu ketika kita sudah dewasa, dengan dewasa dan umur yang tua tak perlu lagi meminta tolong untuk berbuat sesuatu. Atau diantara kalangan pelajar sempat berpikir bahwa seketika lulus pendidikan kemudian bekerja dan mendapatkan upah atau gaji akan hidup bahagia dan sebagainya. Padahal bahagia yang didapatkan melalui semua itu, hanyalah kebahagian dan ketenangan yang bersifat sementara.

Coba kita perhatikan, betapa banyak orang yang sudah dapat segala apa yang diimpikan dalam pekerjaan maupun pendidikan dan lainnya, bahkan sudah pernah sekolah ke luar negeri dan lulus dengan predikat tinggi kemudian mendapatkan pekerjaan yang sesuai dan mendapatkan gaji yang tinggi namun belum bisa merasakan kebahagiaan.

Inilah yang hal yang kurang dipahami oleh kita tentang konsep bahagia dan tenang dalam hidup. Padahal hal yang harus kita sadari adalah kebahagiaan bukanlah sesuatu yang bersifat materi yang dapat dilihat secara kasat mata. Bukan harta, tahta, ketenaran ataupun wanita melainkan bahagia dan tenang itu terletak pada jiwa kita yang sifatnya tak terlihat oleh pandangan manusia. Nabi kita Muhammad Shollallahu A'laihi telah memberi tahu kepada kita sejak 14 abad yang lalu. Bahwa kekayaan sebenarnya bukan pada harta melainkan hati yang merasa cukup. Kekayaan disini dapat diartikan dengan ketenangan dan kebahagiaan, karena pada umumnya manusia saat itu, jiwanya akan merasa bahagia dan tenang apabila memiliki kekayaan yang melimpah sampai -- sampai pada saat itu peperangan antar saudara dipicu oleh kekayaan.  Al Imam Ibnu Qayyim

Semoga Allah pula menjadikan kalian menjadi orang-orang yang bersyukur tatkala diberi nikmat, bersabar ketika ditimpa musibah dan segera memohon ampunan kepada Allah ketika terjerumus dalam dosa. Inilah tiga tanda kebahagiaan dan tanda keberuntungan seorang hamba di dunia dan akhiratnya. Seorang hamba senantiasa akan berputar pada tiga kondisi ini. (Al Wabilush Shoyib, hal.11, Asy Syamilah)

Syukur, Kunci pertama hidup bahagia.

Mengapa harus bersyukur untuk hidup bahagia? Karena dengan bersyukur seseorang tidak disibukkan oleh hal -- hal atau sesuatu yang bukan miliknya. Inilah yang harus kita tanamkan pada diri kita masing -- masing. Banyak orang yang hidupnya gelisah karena selalu terobsesi pada sesuatu yang tidak bisa dijangkau olehnya, masa lalu yang kelam tidak akan pernah terulang kembali, namun nyatanya orang selalu kepikiran untuk bisa kembali ke masa lalu agar bisa mengendalikan semuanya dan itu mustahil bagi kita.

Bersabar, Kunci kedua hidup bahagia.

Bersabar atas apa yang menimpa hidup kita baik musibah maupun yang lain, merupakan jalan utama. Karena tidak ada jalan lain yang dapat menggantikannya, banyak orang yang terjumus pada kesengsaraan karena dia mencoba menghadapi persoalan hidupnya dengan jalan yang salah. Penyakit maupun wabah yang terjadi saat ini merupakan salah satu tanda kebesaran Allah yang mana manusia tidak punya kekuasaan lebih untuk mengubah secara langsung apa yang terjadi. Namun hal yang bisa lakukan adalah bersabar, karena dengan bersabar kita akan memahami bahwa manusia itu lemah dan terkadang sombong, merasa dirinya bisa mengubah semua alur kehidupan dirinya atau orang lain di dunia ini.

Yang terakhir adalah Taubat.

Manusia itu makhluk yang dzalim lagi serakah, apabila dikasih nikmat dipakai untuk foya -- foya dan terkadang digunakan untuk mendurhakai Allah atau apabila diberi sebuah cobaan hidup sekecilpun langsung memberikan pernyataan ke atas bahwa Allah tidak Adil! Bahwa Allah tidak sayang dan pemurah kepada ku. Jikalau Allah tidak adil dan sayang kepada kita, maka berapa banyak kenikmatan yang Allah berikan dibandingkan dengan cobaan hidup? Oleh sebab itu, Keburukan yang menimpa kita terkadang disebabkan oleh Dosa -- dosa kita sendiri baik itu hidup kita tidak bisa bahagia atau tenang. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :

"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri," (QS : Asy Syuro :30)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun