Mohon tunggu...
hakam bali
hakam bali Mohon Tunggu... jurnalis -

kambali zutas lahir di nganjuk, jawa timur kini tinggal di denpasar, bali. kesibukan sehari-hari selain jurnalis, juga menulis cerpen dan puisi. berkecimpung di organisasi profesi sebagai anggota bidang etika dan profesionalisme aji kota denpasar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kafilah Eththobaaba

29 Agustus 2016   18:20 Diperbarui: 29 Agustus 2016   18:24 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(*)
sujud terakhir kau sebut kafir. bercengkarama di pusaran rangka kikir. kafilah tak henti bernyanyi. semakin nyaring sepanjang hari. melaknat ayat-ayat berbisik.

(*)
tak usah kau kubur. ia akan terurai terbawa angin surgawi. menutup mata-mata yang tak pernah mengembara di jalan fana.

(*)
lalu kuucapkan lafal-lafal indah. seperti firman-firman nyanyian bintang memuja bulan. sayup-sayup mendesir di telinga. senantiasa memuja dan memuji. raga dan jiwa rapuh tak bersimpuh. hancur bersama tulang belulang. tangisan sedu adalah cambuk. duka derita tak pernah berakhir.

denpasar, 28 agustus 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun