Seiring kemajuan zaman, sebuah ilmu pengetahuan sangat berperan penting dalam menunjang kehidupan manusia, banyak tantangan yang harus di hadapi untuk menghadapi semua zamanglobalisasi ini, seperti halnya ilmu pengetahuan mengenal sains dan ilmu agama, disini terjadi konflik tua antara sains dan agama, perkembangan sains di dunia modern tidak berarti menurunnya pengaruh agama dalam kehidupan manusia. Kecenderungan semakin menguatnya agama dan sains ini menarik perhatian banyak kalangan, terutama berkenaan yang berhubungan antar keduanya. Banyaknya pandangan dan doktorin agama yang tampak bertentangan dengan teori sains modern memungkinkan terjadinya konflik antara agama dan sains. Di sinilah pentingnya memahami kedua area tersebut agar tidak terjebak pada pembenaran di satu sisi dan penyalahan di sisi lainnya.
Sains dan agama sebenarnya merupakan dua hal yang berbeda, sains tentang alam, sendangkan agama menyangkut hal yang sakral dan kedua hal ini memiliki porsi masing-masing, berdasarkan teorinya, sebuah sains merupakan sebuah ilmu yang meneliti berbagai kejadian dunia Khusunya kejadian alam, sains juga memiliki keterbatasan untuk mendapatkan data atau informasi mengenai fenomena yang ada dalam agama, misal, fenomena sebuah misteri kematian, dan asal usul kehidupan ini.
Namun dengan berbagai kemampuan yang dimiliki oleh sains, semua para ilmuan dapat menemukan atau membuktikan tentang kejadian-kejadian lain yang ada dalam ilmu agama.
Hal ini sebuah agama merupakan ilmu yang nyata, ilmu yang dapat di buktikan kebenaranya.
Dan disini lah fungsi dari sains itu untuk membenarkan, atau meneliti segala macam fenomena alam, walaupun sains ini memiliki keterbatasan dalam menemukan fakta-faktanya.
Agama mengajarkan kita segala hal yang berhubungan dengan moral dalam kehidupan, yang bersifat sakral sedangkan ilmu sains yang nota bene berada dalam wilayah ilmu-ilmu alam.
Disini, terdapat beberapa pedekatan antara lain :
ØPendekatan pertama, menyatakan bahwa agama dilandasi pada asumsi-asumsi apriori atau keyakinan, sedangakn sains tidak menerima begitu saja segala sesuatu sebagai benar. Selain itu agama terlalu bersandar pada imajinasi liar, sedangkan sains bertumpu pada fakta yang diamati. Agama terlalu emosional, penuh gairah dan subjektifsedangkan sains sebaliknya bersifat objektif.
ØPendekatan kedua, berpendapat bahwa banyak ilmuan dan teolog tidak menemukan adanya pertentangan antara agama dan sains. Masing-masingnya adalah valid meskipun hanya dalam baas ruang dan lingkup penyelidikan mereka sendiri yang sudah jelas.
ØPendekatan ketiga, pendekatan ini mengemukakan bahwa pengetahuan ilmiah dapat memperluas cakrawala keyakinan religius dan bahwa perspektif keyakinan religius dapat memperdalam pemahaman kita tentang alam semesta.
ØPedekatan keempat, menegaskan bahwa bentuk “konfirmasi” sama artinya sejajar dengan mendukung atau juga memperkuat satu sama lain.
Jadi, menurut saya seharusnya antara sains dan agama seharusnya saling mendukung, dan melengkapi, agar memperkuat satu sama lain, karena mereka sebenarnya berada dalam konteks yang berbeda, namun memiliki tujuan dan salingmengisi satu sama lain.
Tidak ada hal yang serius dan terjadi konflik sebenarnya jika disikapi dengan porsinya masing-masing. Maka dari itu seharusnya kedua hal ini harus saling mendukung, dan melengkapi. Kita tidak boleh menilai agama dengan tolak ukur sains, dan sebaliknya.
Berkaitan dengan studi islam, berbagai pemaparan tersebut di atas, dapat dikaitkan dengan Al-quran surah Ali Imran ayat 190 dan 191 yang mengatakan “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan barbering dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”
Nah, dari surat tersebut dapat kita tau bahwa, ilmu di dunia ini tidak ada yang bisa disalahkan, semua itu atas kehendak dariNYA. Tidak ada yang patut di salahkan antara sains dan agama tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H