Jum'at malam. Kompleks PU nampak sepi. Hanya terlihat beberapa kendaraan berlalu-lalang dan beberapa jemaat yang baru pulang dari gereja. Tak seperti biasanya. Â Basuhan hujan sore tadi meninggalkan jejak-jejak kenangan di tiap ruang yang dibasuhnya dan menyisakan elegi bagi para anak adam.Seperti biasa, becak tua berisikan kardus dan berhiaskan botol-botol bekas sudah terparkir rapi sejak senja kembali keperaduannya petang tadi.Â
Tampak seorang bapak tua tengah sibuk mengorak-arik tumpukan sampah yang sudah mulai menggunung di sebelah kanan gapura Kompleks PU. Truk-truk pengangkut sampah bermahkotakan lalat-lalat akan tiba sebentar lagi. Tak heran, di kawasan ini memang punya aturan dan jadwal membuang sampah tersendiri. Tidak ada lagi sampah yang terlihat kala fajar menyingsing.Lelaki tua dengan rambut dan janggut yang tak lagi hitam.Â
Manakala ia tersenyum, 2 buah gigi yang tersisa bak sedang bersembunyi sembari mengintip keluar dari bibir keriputnya. Itulah mengapa saya tak bosan-bosannya menyapa beliau. Ia adalah pemulung tunggal di sekitar gapura Kompleks. Senyum yang khas. Saya sangat proud dengan semangat kerja bapak tua yang usianya sudah mendekati seabad ini."Tua itu bukan berarti hanya tinggal di rumah bermalas-malasan. Selagi masih bisa bekerja, kenapa tidak".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H