Nabi Muhammad SAW sebagai "Al-Qur'an yang Berjalan" dalam Konsep Tasawuf dan Spiritual
Salah satu gelar yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW adalah "Al-Qur'an yang berjalan" (Al-Qur'an yamsy). Julukan ini berasal dari hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah RA:
"Akhlak Rasulullah adalah Al-Qur'an." (HR. Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa seluruh perkataan, perbuatan, dan akhlak Nabi Muhammad SAW adalah refleksi sempurna dari Al-Qur'an.
Dalam perspektif tasawuf dan spiritualitas Islam, konsep ini dapat dijelaskan dalam tiga tahap yang berhubungan dengan hubungan antara Allah (Al-Ahad), Nur Muhammad (Ahmad), dan manifestasi fisik Nabi Muhammad (Muhammad), sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.
1. Al-Qur'an sebagai Manifestasi Ilmu dan Kehendak Allah
A. Al-Qur'an adalah Tajalli Ilahi dalam Bentuk Wahyu
Dalam tasawuf, Al-Qur'an adalah "kalam Allah" yang merupakan manifestasi ilmu dan kehendak Allah dalam bentuk lafaz dan makna.
- Allah sebagai Ahad (Dzat Mutlak) tidak dapat dijangkau oleh makhluk secara langsung.
- Namun, Allah dikenal melalui sifat-sifat-Nya yang dinyatakan dalam Al-Qur'an.
- Oleh karena itu, Al-Qur'an adalah tajalli (manifestasi) Allah dalam bentuk kalam (firman), sebagaimana Nur Muhammad adalah tajalli-Nya dalam bentuk cahaya pertama.
B. Al-Qur'an dalam Dimensi Spiritual
Dalam keyakinan tasawuf, Al-Qur'an memiliki aspek lahiriah dan aspek batiniah:
- Aspek Lahiriah: Lafaz-lafaz dalam bahasa Arab yang kita baca.
- Aspek Batiniah: Makna-makna tersembunyi yang hanya dapat dipahami oleh mereka yang memiliki ma'rifat (pengetahuan mendalam tentang Allah).