Gus Baha' sering merujuk pada Kitab al-Hikam dalam membahas konsep ikhlas. Al-Hikam adalah kitab yang ditulis oleh Imam Ibn Ata'illah al-Iskandari, seorang sufi besar yang terkenal dengan ajaran-ajaran hikmah dan tasawuf. Gus Baha' mengutip beberapa petikan dari kitab ini untuk menjelaskan ikhlas dalam perspektif tasawuf yang lebih dalam. Berikut adalah beberapa poin penting yang dijelaskan oleh Gus Baha' yang merujuk pada Kitab al-Hikam:
1. Ikhlas adalah Menghilangkan Segala Niat Selain Allah
Di dalam al-Hikam, Imam Ibn Ata'illah menyatakan:
"Barang siapa yang amalannya bergantung pada sesuatu selain Allah, maka amalannya tidak akan sampai kepada-Nya."
Gus Baha' menjelaskan bahwa ikhlas adalah saat seseorang melakukan amal atau ibadah dengan hanya menginginkan keridhaan Allah, tanpa ada niat lain, seperti mengharap pujian, status, atau bahkan balasan duniawi. Ini sesuai dengan ajaran dalam al-Hikam yang mengajarkan agar niat seorang hamba murni hanya untuk Allah, tanpa terikat dengan apapun selain-Nya.
2. Ikhlas Membebaskan Diri dari Rasa Memiliki
Imam Ibn Ata'illah juga mengajarkan dalam al-Hikam tentang bagaimana seorang hamba harus melepaskan rasa memiliki atas amal yang dilakukannya.
"Janganlah kamu merasa memiliki apa pun dari amal yang telah kamu lakukan, karena itu semua adalah pemberian dari Allah."
Gus Baha' mengutip ini untuk mengingatkan kita bahwa meskipun kita beramal, kita tidak boleh merasa bahwa amal tersebut adalah hasil dari usaha kita semata, karena segala sesuatu yang kita lakukan adalah anugerah dari Allah. Ikhlas berarti menyerahkan segala amal kembali kepada Allah dan tidak merasa memiliki atasnya.
3. Amal yang Ikhlas Tidak Terpengaruh dengan Pujian atau Celaan
Dalam al-Hikam, ada satu hikmah yang mengingatkan kita bahwa jika amal kita dilakukan karena Allah, maka apapun yang terjadi terhadap amal itu, kita tidak akan terpengaruh oleh pujian atau celaan.