Mohon tunggu...
hajidah aisyah iwanina
hajidah aisyah iwanina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Nonformal Menjadi Jenjang Pemberdayaan Anak Putus Sekolah

21 Oktober 2024   21:56 Diperbarui: 26 Oktober 2024   08:47 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan Nonformal merupakan wadah bagi anak-anak yang memiliki hambatan dalam masa pendidikan nya. Wadah yang menjadi jalan alternatif bagi anak putus sekolah untuk mendapatkan kesempatan akses pendidikan yang layak. Dengan pendekatan yang berfokus pada pemberdayaan. Pendidikan Nonformal menyediakan beberapa tingkat kesetaraan dengan pendidikan formal. Membantu anak-anak putus sekolah untuk memperoleh keterampilan yang bermanfaat bagi masa depan mereka. Dapat mengatur pola pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik dikarenakan pendidikan ini bersifat fleksibel. Faktor-faktor penting dalam pemberdayaan anak putus sekolah juga tidak luput dalam mendorong keberhasilan pemberdayaan ini.

 Menurut badan statistik tahun ajaran 2022/2023 tercatat angka putus sekolah di Indonesia dari semua jenjang mencapai 76.834 orang. Siswa putus sekolah tingkat SD 40.623 orang, SMP 13.716 orang, SMA 10.091 orang, dan SMK 12.404 orang. Dengan banyaknya angka putus sekolah, pendidikan nonformal hadir untuk menjadi solusi permasalahan ini. Memberi kesempatakan kedua kepada anak-anak putus sekolah.

 Hambatan yang menjadi alasan umum bagi anak putus sekolah yaitu faktor ekonomi. Keluarga yang tidak mampu membiayai kebutuhan sekolah anak, seperti biaya seragam, buku, transportasi, dan uang saku. Anak-anak dari keluarga tidak mampu seringkali diharapkan untuk membantu perekonomian keluarga dengan bekerja. Biaya pendidikan yang terus meningkat, terutama di tingkat pendidikan tinggi, menjadi beban berat bagi keluarga. Menurut mereka, untuk apa membuang waktu untuk belajar pada akhirnya juga akan bekerja.

 Pendekatan pemberdayaan bertujuan untuk memberikan anak-anak putus sekolah kesempatan untuk mengembangkan potensi mereka, meningkatkan kepercayaan diri, dan memperoleh keterampilan yang relevan dengan dunia kerja. Memberikan pelatihan keterampilan yang relevan dengan dunia kerja, seperti pertanian, pertukangan, atau kerajinan tangan. Mengajarkan keterampilan seperti manajemen keuangan, komunikasi efektif, pemecahan masalah, dan keterampilan sosial yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Pemberdayaan ini dapat di akses dalam program Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) dan sebagainya.

 Tingkatan yang dapat kita temui di lingkungan pendidikan nonformal sesuai dengan jenjang pendidikan formal yaitu paket A, paket ini setara dengan pendidikan formal SD. Program yg ada di paket A yaitu pembelajaran baca tulis hitung dan matematika. Paket B setara dengan SMP contoh pembelajaran nya seperti pendidikan pancasila, bahasa indonesia, matematika, IPA, bahasa inggris, IPS. Materi yang dipelajari dalam program paket C setara dengan SMA. Pembelajaran yang dilakukan pada tingkat C yaitu biologi, fisika, informatika, sosiologi, ekonomi.

 Adanya pemberdayaan anak putus sekolah akan menimbulkan keterampilan yang bermanfaat bagi masa depan. Terbukanya pikiran untuk membuka usaha sendiri, baik secara online maupun offline, yang dapat menjadi sumber pendapatan tambahan atau bahkan utama. Memahami konsep investasi yang sesuai dengan peluang untung dan risiko. Mendapatkan harga terbaik untuk barang atau jasa yang dibutuhkan. Tidak hanya keterampilan, anak putus sekolah juga dapat belajar manajemen waktu lebih baik. Membuat jadwal harian, mingguan, atau bulanan untuk mengatur waktu dengan efektif. Mengelola stres dengan baik agar tetap fokus antara bekerja dan sekolah.

 Faktor pendukung keberhasilan dalam pemberdayaan anak putus sekolah yaitu melibatkan orang tua dan masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan program. Orang tua memahami pentingnya pendidikan bagi masa depan anak. Memberikan dukungan dan motivasi kepada anak untuk melanjutkan belajar. Masyarakat terlibat dalam kegiatan-kegiatan pemberdayaan, seperti menjadi mentor atau fasilitator. Menciptakan lingkungan yang toleran dan menerima terhadap anak-anak yang putus sekolah. Menjalin kerjasama antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor swasta. Melakukan evaluasi secara berkala untuk melihat efektivitas program dan melakukan perbaikan jika diperlukan.

 Oleh karena itu, sudah saatnya kita memberikan perhatian lebih pada anak yang putussekolah. Apabila kita ingin melihat generasi muda yang cerdas, mandiri, dan berdaya saing, namun tidak memiliki kesempatan dan beberapa faktor penghambat dalam pendidikan, maka pendidikan nonformal hadir menjadi solusi untuk masa depan. Mari bersama-sama mendukung dan mengembangkan program-program yang berkualitas untuk anak-anak putus sekolah. Dengan demikian, kita tidak hanya memberikan mereka kesempatan untuk belajar, tetapi juga ikut membangun masa depan bangsa yang lebih cerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun