Mohon tunggu...
Ahmad Syaihu
Ahmad Syaihu Mohon Tunggu... Guru - Guru di MTsN 4 Kota Surabaya sejak tahun 2001
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Suka membaca dan menulis apa saja untuk dibagikan kepada orang lain dengan harapan bisa memahami dan mengerti kalau mau menerapkan apa yang ditulis

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mencintai Profesi

24 Oktober 2022   12:32 Diperbarui: 24 Oktober 2022   13:27 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setiap manusia memiliki keinginan atau cita-cita yang sudah sejak kecil terucap, tertulis atau tertancap dalam hati untuk diwujudkan setelah dewasa nanti.

Aku dilahirkan dari keluarga yang kurang mampu. Orang tuaku adalah seorang penjual kayu api.   Aku berpikir dan tidak  mau       menerima tantangan kehidupan yang dipikul orang tuaku. Aku yakin bahwa nasib seseorang tidak akan berubah jika bukan dia sendiri yang mengusahakannya. Dalam perjalanan kehidupanku untuk menggapai citacitaku tidaklah mudah. Aku selalu menolong ayah mengumpulkan kayu api sepulang sekolah

Suatu hari aku mengatakan ke pada ayah. Aku bercitacita menjadi seorang guru. Perkataanku disambut gembira oleh ayah dan beliau mengatakan kepada ku,"rajin rajinlah menuntut ilmu nak semoga apa yang kamu cita citakan akan tercapai meskipun kita dalam kemiskinan." Kehidupan yang kulalui penuh dengan ujian, tetapi aku yakin dan penuh dengan kesabaran. 

Walaupun kondisi ekonomi orang tua yang tidak memungkinkan aku untuk bisa sekolah. Untuk memenuhi kebutuhan seharihari dan biaya sekolah, aku membantu ibu mengantarkan makanan gorengan ke kedai dekat aku bersekolah. Aku bertekad untuk bersekolah kita harus bekerja keras. Di setiap habis salat aku selalu berdoa semoga keluargaku bisa bahagia kelak nanti ditanganku.

Perjalanan pendidikanku sangatlah panjang berawal dari SD. Setelah lulus SD aku masuk ke SMP. Di SMP aku selalu mendapatkan beasiswa karena selalu mendapatkan juara 1 di kelas. 

Uang yang kudapat ditabung untuk bisa melanjutkan sekolahku nanti. Setelah tamat di SMP aku melanjutkan ke SMA. Setiap pulang sekolah, aku membantu ibu membuat gorengan bakwan yang diantar ke setiap kedai yang ada di kampungku. Aku berperinsip, di mana ada kemauan di situ ada jalan. Kata kata itu seperti anak panah yang menghujamku semangat membara ke dalam perjalananku menggapai cita citaku. Di sekolah aku juga termasuk anak yang pintar di antara temantemanku yang membuatku sangat disayangi guru.

Setelah tamat di SMA aku melanjutkan pendidikanku ke salah satu Universitas favorit di kotaku. Aku mengambil FKIP jurusan Bahasa Inggris. Di setiap langkahku, aku selalu berdoa dan memohon kepada ayahku untuk mendoakanku agar aku cepat selesai menamatkan kuliahku. Siang malam kulalui dengan seabrek tugas rutinku. Tugas yang harus di kerjakan dengan bekerja keras. Dalam pikiranku terbesit kata,"kalau dia bisa, kenapa aku tidak?".

Sejak saat itu seperti ada energi yang merasuk sanubariku. Keinginan yang menggebugebu sangat menginspirasiku, membangkitkan semangatku untuk memcoba dan berharap untuk bisa menamatkan kuliahku lebih cepat. Harapan yang tersembunyi dari relung hati dan jiwa akan menimbulkan dorongan untuk melakukan perubahan. Ketika aku kecil, aku bercitacita menjadi seorang guru yang bermanfaat bagi orang banyak dan bisa mengabdi di tengah masyarakat. Bagiku impian dan harapan adalah awal dari kehidupan untuk menggapai citacita bagai bintang yang ingin di raih meskipun itu terasa sulit tetapi proses adalah suatu anugerah yang akan membentuk aku menjadi orang yang ingin terus berjuang.

Sekarang..., apa yang aku rasakan bahwa menggapai impian dan harapan bukanlah hal yang mustahil. Aku dapat menamatkan kuliah ku selama 2 tahun, dan aku melamar menjadi seorang guru karena impianku selama ini. Aku di terima menjadi PNS. Aku menunjukkan kepada orang tuaku bahwa aku telah berhasil dengan impianku selama ini. Kedua orang tuaku sangat bahagia melihat anaknya telah berhasil dan di tanganku lah nantinya yang akan mengangkat nama baik keluargaku di tengahtengah masyarakat.

Aku bangga menjadi seorang guru yakni tiga perkara yang kita tinggalkan sa'at meninggal dunia yaitu ilmu yang bermamfa'at. Lewat profesi guruku, aku ingin mengubah karakter anak bangsa. Aku harus mampu menciptakan muridku menjadi manusia yang jujur dan tidak melupakan Allah swt. Bagiku sekolah bukanlah untuk menambah dosa tetapi membagi ilmu untuk mencerdaskan anak bangsa dan mendapatkan pahala di sisinya. Guru adalah pahlawan. Pahlawan tanpa tanda jasa. 

Aku bangga dengan profesiku.

Kota Pahlawan, 24 Oktober 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun