Mohon tunggu...
Hajaro Maisaroh
Hajaro Maisaroh Mohon Tunggu... Lainnya - MAHASISWA

Pemimpi, penjelajah kata, analis mendalam, petualang pemikiran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kasus "Es Teh" Ditinjau dari Kacamata Linguistik

6 Desember 2024   14:25 Diperbarui: 6 Desember 2024   14:41 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Akhir bulan di tahun 2024 ini Indonesia tengah ramai membahas video salah satu tokoh agama sekaligus tokoh politik yang dinilai melontarkan kata-kata yang tidak pantas kepada salah satu pedagang es teh. tokoh tersebut berisinial MMH. Pro dan kontra persepsi masyarakat mengenai ujaran tersebut. namun bagaimana pandangan Linguistik mengenai hal itu? 

Pilihan Kata

Ada satu kata yang memicu kontroversi publik. kata tersebut yakni penggunaan kata "Goblok" yang diujarkan oleh MMH. jika dianalisa dari segi Pragmatik (salah satu cabang ilmu linguistik) jika dilihat dari konteksnya, MMH awalnya hanya bertanya apakah masih ada es yang dijual pedangan es teh tersebut. hanya saja implikatur konversasional yang diujarkan berupa kata yang bermakna mengolok-olok pedagang es teh tersebut karena penggunaan kata "Goblok" yang mana memperkuat kesan mengolok-oloknya. kemudian terlihat dalam video yang beredar bahwa terjadinya hal tersebut ketika dalam kontek pengajian. penggunaan kata "Goblok" sangat tidak lazim. hal inilah yang memicu kontras yang paling menonjol dan mengundang perhatian masyarakat. 

Prinsip Kesantunan

jika dilihat dari prinsip kesantunan dalam Pragmatik,  Ujaran MMH melanggar Prinsip kesantunan yakni tidak memberikan keuntungan bagi pedagang es teh, malah justru merugikan.  Ucapan MMH juga melanggar prinsip kesimpatian karena tidak menunjukkan kepedulian terhadap perasaan pedagang es teh. Penggunaan kata "goblok" dalam konteks pengajian juga merupakan pelanggaran norma sosial dan etika berbahasa.

Dampak Negatif dari ujaran MMH telah dinilai merusak reputasinya sebagai tokoh agama dan memicu perdebatan di masyarakat. Kasus ini menunjukkan betapa pentingnya kesantunan dalam berbahasa, terutama bagi tokoh agama.

Dari analisis pragmatik di atas, dapat disimpulkan bahwa ucapan MMH mengandung makna yang lebih dalam daripada sekadar pertanyaan tentang ketersediaan es. Penggunaan kata "goblok" dalam konteks tersebut merupakan tindakan yang kurang pantas serta melanggar norma sosial. Kasus ini menyoroti pentingnya penggunaan bahasa yang santun dan menghormati orang lain tanpa memandang status sosial lawan bicara. Kasus MMH memberikan kita pelajaran berharga tentang pentingnya menggunakan bahasa yang santun di semua situasi karena setiap ucapan yang keluar dari mulut kita memiliki konsekuensi, baik positif maupun negatif.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun