Mohon tunggu...
Butterfly
Butterfly Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Film

Psikologi Keluarga : Mengulik Peran Keluarga dalam Film "Ngeri-ngeri Sedap"

27 Desember 2024   15:20 Diperbarui: 27 Desember 2024   16:56 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Ngeri-ngeri Sedap

Film Ngeri Sedap: Missing Home (2022) hadir sebagai karya komedi yang mengangkat tema keluarga dengan sentuhan emosional yang mendalam. Disutradarai oleh Bene Dion Rajagukguk, film yang sukses besar di Indonesia dan menyentuh hati banyak penonton. Film ini lebih fokus pada kisah keluarga Batak yang memiliki dinamika menarik, dibumbui dengan humor dan berbagai konflik yang tak terduga. Pak Domu sebagai kepala keluarga (diperankan oleh Arswendy Nasution) Mak Domu (diperankan oleh Tika Pangabean) memiliki 4 anak Domu sebagai anak pertama (diperankan oleh Boris Bokir Manullang), Sarma anak kedua (diperankan oleh Bhebhita Butar Butar), Gabe anak ketiga (diperankan oleh lolox) dan Sahat anak keempat (diperankan oleh Indra Jegel). 

Film Ngeri-ngeri sedap ini menggambarkan dinamika keluarga Batak yang mempunyai konflik dan nilai yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, adapun fungsi keluarga dalam film ini terlihat jelas melalui fungsi emosional, keluarga menjadi tempat untuk berlindung dan berbagi emosi, meskipun sering ada konflik. Dalam film ini, Pak Domu (Ayah) dan Mak Domu (Ibu) mencoba menarik perhatian anak-anak mereka dengan pura-pura bercerai, hal ini menunjukkan kebutuhan emosional mereka untuk kembali dekat dengan anak-anaknya yang sudah sibuk dengan kehidupan masing masing, contohnya pada scene "Ketika Ayah (Pak Domu) marah karena merasa anak-anaknya tidak menghormati tradisi, tetapi dibalik itu ia sebenanrnya merindukan mereka, kemudian Ibu (Mak Domu) lah yang menjadi penengah dalam konflik tersebut sehingga menggambarkan peran keluarga dalam menjaga hubungan emosional". Film ini menggambarkan bahwa konflik adalah bagian dari relasi keluarga. Namun, pada akhirnya, rekonsiliasi (upaya yang dilakukan untuk mengatasi suatu konflik) terjadi melalui komunikasi dan pengertian. Anak-anak memahami cinta orang tua mereka, dan orang tua belajar untuk mendengarkan dan menerima anak-anak mereka apa adanya. 

Konflik dalam relasi keluarga terdapat pada scene pak domo yang tegas dan keras pada keluarganya sehingga terjadi konflik pada keluarga mereka contohnya pada scene pak domu yang tidak ingin mendengarkan perkataan istrinya dengan berkata "Diam Kau Mak", Lalu konflik antara Pak Domu dengan anak-anaknya dari segi dialog terlihat kalau Pak Domu yang tidak senang dengan keputusan dari anak-anaknya Kemudian konflik yang terjadi antara saudara yang dilihatkan dari segi dialog adalah ketika Sarma yang mengeluarkan semua isi hatinya yang kecewa terhadap saudaranya yang egois karena mementingkan kehidupan mereka sendiri tanpa memikirkan keluarga. Kemudian pada dialog lainnya terlihat pada scene penyelesaian konflik kalau Pak Domu yang mengalah dan mendatangi anggota keluarganya dan meminta maaf atas kesalahan dari dirinya. 

Ngeri-Ngeri Sedap tidak hanya bercerita tentang anak-anak yang malas pulang ke orang tuanya. Selain dampak patrilineal (pewarisan) dan orang tua yang harus memahami anaknya, naskah garapan Bene pun sedikit mengangkat mengenai hubungan interpersonal yang terjalin antara suami dan istri dimana adanya perbedaan perlakuan pasangan suami istri ketika berada di depan masyarakat yang dimana mereka memperlihatkan bahwa rumah tangga mereka dalam keadaan rukun dan harmonis dalam membesarkan anak laki-laki dan perempuan. Adapun Intimate Relationship Film Ngeri Ngeri Sedap yang ditampilkan tidak hanya merujuk pada hubungan romantis, tetapi lebih kepada kedekatan emosional dan relasi antar anggota keluarga. Film ini mengangkat tema keluarga Batak dengan konflik internal yang menyentuh dan mendalam, menggambarkan perjuangan orang tua dan anak-anak mereka dalam memahami satu sama lain. Dinamika keluarga Batak yang patriarkis secara tersirat maupun tersurat digambarkan dalam film ini. Kuatnya posisi laki-laki yakni Pak Domu yang berperan sebagai ayah dan juga suami menyebabkan Pak Domu dalam posisi yang dominan dan superior menempatkan perempuan dalam posisi yang inferior. 

Dalam Ngeri-Ngeri Sedap (2022), film ini juga menggambarkan bagaimana peran gender laki-laki dan perempuan terikat pada ekspektasi budaya dan keluarga. Laki-laki biasanya berperan sebagai pemimpin keluarga dan penjaga nilai-nilai tradisional, sementara perempuan berperan sebagai penjaga rumah tangga dan ibu. Namun, film ini juga menampilkan bagaimana karakter-karakter tersebut menghadapi konflik dan ketegangan antara tradisi dan modernitas, yang semakin mencabar peran gender yang kaku. Dalam film ini juga terdapat peran keluarga dalam pembentukan identitas anggota keluarga yang dapat dilihat contohnya Dominasi Ayah dan Budaya Patriarki seperti pada karakter Pak Domu yang memainkan peran dominan dalam keluarga, karena ia merupakan figur otoritas yang mengontrol dan memutuskan banyak hal dalam keluarga sesuai dengan budaya patriarki masyarakat Batak, contohnya Pak Domu yang sering meminta kepada anak-anaknya untuk hidup sesuai dengan hukum adat Batak, sedangkan anak-anaknya tidak menginginkan kehidupan seperti itu. Hal inilah yang menunjukkan bagaimana tradisi dan ekspetasi keluarga dapat membentuk identitas anak-anak. 

Peran orang tua dalam film Ngeri-ngeri Sedap digambarkan sebagai pusat pengikat keluarga dan juga sebagai sumber konflik ketika komunikasi tidak berjalan dengan baik. Pada dialog "Udah sukses-sukses kalian ya, sampai lupa sama yang bikin sukses" Pak Domu mengungkit usahanya dalam membuat anak-anaknya sukses dan mengharapkan balasan berupa kepatuhan terhadap adat Batak. Sumber konflik yang tidak disadari dimana orang tua kadang sulit memahami sudut pandang anak-anaknya, terlihat pada scene ketegangan antara Pak Domu dan anak-anaknya muncul karena dia terlalu keras dalam mendidik mereka, sehingga anak-anaknya merasa tidak nyaman untuk terbuka dan mengungkapkan keinginan setiap anak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun