Mohon tunggu...
Khairil Qalbi Alfiansyah
Khairil Qalbi Alfiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bio Penulis: Nama : Khairil Qalbi Alfiansyah Pekerjaan : Penulis Lepas Pendidikan : Universitas Aisyiyah Yogyakarta Spesialisasi : Cerpen, Berita, Desain Grafis Khairil Qalbi Alfiansyah atau kerap kali dipanggil fian, adalah seorang penulis lepas yang mengeksplorasi berbagai genre tulisan, mulai dari cerpen hingga berita. Dengan latar belakang pendidikan di MAS As'adiyah Ereng-Ereng, Dengan gaya tulisan yang apik dan memikat, pastinya bisa mampu membangkitkan imajinasi pembaca melalui rangkaian kata-kata yang dirangkai dengan piawai. Selain menulis, fian juga memiliki minat dalam bidang desain grafis yang turut memperkaya karyanya dengan elemen visual yang menarik. Hobinya bermain catur dan melakukan liburan. Dengan kepiawaiannya dalam menggabungkan passion menulis dengan minat-minat lainnya, Khairil berkomitmen untuk terus menghadirkan karya-karya berkualitas yang dapat memberi warna baru dalam industri menulis di tanah air.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Saat Rindu Melingkupi Ramadhan: Kisah Mahasiswa Rantau Jauh dari Keluarga"

15 April 2024   06:41 Diperbarui: 15 April 2024   07:09 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Kehilangan Nuansa Ramadhan di Perantauan

Ketika memasuki gerbang universitas, banyak hal yang berubah dalam kehidupan. Salah satunya adalah bagaimana menyambut bulan suci Ramadhan. Bagi mahasiswa rantau seperti saya, momen ini terasa jauh berbeda dari saat masih bersama keluarga di kampung halaman.

Sebagai mahasiswa asal Makassar yang kini menimba ilmu di Yogyakarta, saya tidak bisa menahan rasa rindu akan nuansa Ramadhan yang biasa saya rasakan di rumah. "Ada sesuatu yang hilang, terutama saat berkumpul dengan keluarga. Di sini saya harus merayakannya sendirian," ungkap saya dengan nada penyesalan.

Merayakan Ramadhan di perantauan memang terasa asing. Mulai dari suasana, menu buka puasa, hingga kebersamaan dengan sanak saudara, semuanya begitu berbeda. "Biasanya di rumah, kami berbuka puasa dan sahur bersama-sama. Nah, di sini saya harus melakukannya sendirian, jadi terasa sepi dan kurang lengkap," keluh saya.

Tidak hanya itu, waktu luang saya selama Ramadhan juga terkuras habis karena saya ditunjuk menjadi panitia kegiatan keagamaan di kampus. "Padahal Ramadhan seharusnya menjadi momen untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dan berkualitas dengan diri sendiri. Tapi di sini malah sibuk dengan agenda kampus," ujar saya dengan nada prihatin.

Meskipun demikian, saya tetap berusaha untuk menjaga semangat Ramadhan. Saya rajin melaksanakan ibadah, membaca Al-Quran, dan tetap menjalankan tradisi buka puasa bersama teman-teman perantauan lainnya. "Yang terpenting, rasa syukur dan semangat beribadah tetap terjaga, meskipun suasananya berbeda," pungkas saya dengan determinasi.

Ramadhan memang menjadi bulan yang spesial, namun bagi mereka yang jauh dari keluarga, adaptasi tetap diperlukan agar nuansa Ramadhan tetap terasa bermakna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun