Mohon tunggu...
Hairil Suriname
Hairil Suriname Mohon Tunggu... Lainnya - Institut Tinta Manuru

Bukan Penulis.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Lestarikan Terempa dan Primadona Wisatanya di Anambas Kepulauan Riau

20 Juni 2023   07:00 Diperbarui: 20 Juni 2023   07:07 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terempa setelah Ada Jalan Baru di atas laut. foto detikt.travel.com 

Beberapa orang pun di jumpai pak ramat, kami berkenalan. Daya ingat saya tidak terlalu bagus untuk ingat nama orang dalam waktu terlalu singkat. Dua orang ibu-ibu, dan satu orang bapak. 

Kami berdiri di dekat rumah berlantai papan di atas laut itu. Mengobrol selayaknya komunikasi orang-orang di terempa, saya hanya focus mendengarkan apa yang mereka bicarakan dengan dialek melayu yang sangat kental.

Terempa setelah Ada Jalan Baru di atas laut. foto detikt.travel.com 
Terempa setelah Ada Jalan Baru di atas laut. foto detikt.travel.com 

Pak ramat sangat jago menggunakan bahasa melayunya, bahasa dengan dialek yang membuat saya jatuh cinta. Saya sangat tertarik dengan bahasa melayu, mungkin karena kehidupan di kota batam beberapa tahun sebelumnya membuat saya sedikit terbiasa dengan dialek melayu. 

Tidak lagi asing di telinga saya, hanya saja menurut saya. Dialek melayu di terempa berbeda dengan dialek melayu di batam atau tanjung pinang. Mungkin, menurut saya perbedaannya pada bahasa melayu tua dan bahasa melayu yang sudah modern seperti kehidupan saat ini

Sudah pukul 11.30 wib, obrolan itu sangat asyik. Saya menanyakan beberapa hal seperti bahasa melayu, bagaimana ikan-ikan di gudang ikan dan harganya, bagaimana harga beli barang-barang di warung atau kebiasaan lain masyarakat di sini. Sejumlah informasi yang saya dapat setidaknya menambah referensi tentang kehidupan di terempa pulau siantan ini.

Obrolan baru saja berakhir ketika pak ramat mohon untuk lanjutkan perjalanan keliling lagi di satu komplek lagi, saya pun tanya tentang bagaimana masyarakat tion ghoa di sini. Kata pak ramat, sama seperti di tempat lain. 

Ada yang kaya, ada juga yang kehidupannya sama seperti masyarakat lokal di sini. Sambil membicarakan tentang terempa dan suku laut, kami melaju di jalan setapak lebarnya sekitar dua meter itu menuju hotel. Saya melihat keberagaman suku yang hidup dengan damai, berdampingan dalam satu ikata yang kuat sebagai Warga Negara Indonesia.

Tiba di hotel, pak ramat langsung pamit balik untuk istirahat sebentar. Kak Ikka dan bang adit berkunjung ke Kantor Desa/lurah terempa, setelah itu mereka ke rumah sakit sebelum siang. Matahari sangat terik, siang itu terasa sangat panas. Aktivitas seharunya di jeda, tapi karena di luar dari agenda kerja, kami memanfaatkan untuk mengetahui lebih jauh Ibu kota kepulauan anambas ini.

Setelah kami istirahat siang, di chating grup whatsapp kami bicarakan agenda malam tanggal 16 april. Agenda ini sebagai agenda penutup dari perjalanan kami di terempa selama tiga hari. Pukul 19.00 wib kami sudah harus berada di lokasi kegiatan yang di agendakan, itu hasil kesepakatan kami di grup whatsap. Sorenya, pukul 17.00 wib kami mulai sibuk mencari tempat buka puasa bersama. Kali ini pak ramat tidak lagi ikut berbuka puasa bersama kami, dia harus buka puasa bersama keluarga di rumah.

Sebelumnya. Pak ramat sudah sepakat untuk buka puasa bersama, bahkan menu buka puasa dan tempat makannya pun yang dia rekomendasikan. Dari chating dia ke Bang Radit, dia tidak jadi ikut buka puasa bersama kami. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun