“Jika empati punya peran penting dalam hubungan antara sesama manusia maka rasa sosial merupakan kunci keutamaan untuk kehidupan dalam suatu lingkungan”
Di tahun 2021, memasuki awal baru, babak baru yang menggiring mansuia pada masifnya perkembangan tekhnologi. Berbagai cara dan upaya merupakan ivoasi terbaru bagaimana menyulap sebuah pekerjaan yang dilakukan manusia akan dilakukan sepenuhnya oleh tekhnologi, begitulah isyarat zaman membawa kita jauh lebih dalam di perkembangan IT. Baca Artikel Sebelumnya disini : Seri I
Kekenyangan informasi bohong, tidak kebal terhadap informasi hoax, larut dalam banyak masalah demi masalah penggunaan internet dan sebagainya sudah menjadi makanan sehari-hari generasi baru. Yang membedakan adalah perkara menyaring dan menyimak informasi, generasi 80an paling peka terhadap informasi. Disinilah perlu kembali melakukan revolusi mental, revolusi morall untuk mendidik kembali etika generasi baru agar mereka tidak dangkal dalam merespon banyak hal dengan skip-skip saja.
Sampai dititik ini, generasi perlu baru interfensi sepenuhnya dalam mendidik baik itu negera, sosial kemasyarakatan, atau sekolah dan orang tua. Tujuan mendidik agar dapat menghadapi trend tantangan yang datang kemudian hari setelah dunia ini semakin naik level kecanggihan teknolginya.
Bagi saya, orang tua zaman sekarang merupakan generasi antara X dan generasi Y dengan pemahaman internetnya masih sangat jauh dari generasi sekarang alias anak-anak mereka. Sebagian dari generasi Z mungkin juga sudah menjadi orang tua, sebab indonesia terakhir ini nikah usia muda sangat tinggi aangkanya. Pemahaman internet bukan ukuran untuk mendidik anak-anak atau generasi, juga bukan berarti menyerah dalam mendidik, sebab frame didikan ada banyak modelnya tergantung bagaimana kita mau dan mampu melakukannya untuk generasi kita dalam mengambil sebuah keputusan dan bertanggungjawab atas hal itu.
Mengapa dikatakan generasi baru telah mati empati nya?
Pembaca dan mungkin banyak orang tua Zaman rekarang dari (generasi sisa Generasi X, generasi Y dan sebagian dari generasi Z) memberikan banyak waktu bagi generasi atau anak-anaknya. Berbagai aktivitas game dan online generasi baru merupakan kendala utama mengapa empati generasi baru jadi mati. Sebab mereka tidak peka lagi dengan lingkungan sekitar atau orang disekeliling mereka.
Dilansir Psychology Today, dalam sebuah artikel beritagar.id - empati ialah pengalaman memahami pikiran, perasaan, dan kondisi orang lain dari sudut pandang mereka, bukan dari pikiran Anda sendiri
Hal ini lebih ke psikologi, terutama motivasi diri kita. Zaman sekarang orang kehilangan motivasi diri untuk membantu antar sesama, peduli antar sema. Artinya, empati tidak lagi dijadikan sebagai motivasi diri untuk peduli hal sosial disekitar.
Game dan internetan seharian didalam rumah adalah aktivitas rutin generasi sekarang, jika mereka keluar rumah pun masih melakukan hal yang sama, game di beberapa tempat mengurangi komunikasi mereka dengan orang sekitar. Dilakukan dari masa masih anak-anak hingga memasuki usia sekolah dan bahkan sampai dibangku kuliah.
Kegiatan dan aktivitas yang sama, berputar hanya pada kegiatan itu-itu saja.dan pada akhirnya, mereka hanya asyik dengan yang mereka lakukan tanpa mau tahu apa yang ada disekeliling mereka.